Istilah yang sering digunakan dalam bidang psikologi, perseveration menggambarkan pengulangan kata, frasa, atau isyarat yang tidak terkendali karena penyakit mental organik seperti Prader-Willi Syndrome pada anak-anak, atau cedera otak traumatis (TBI) pada orang dewasa. Bahkan ketika stimulus di lingkungan telah dihapus atau dihentikan, individu dapat terus menunjukkan tindakan ketekunan. Kata ketekunan terkait dengan kata “ketekunan,” yang merupakan tindakan atau contoh pengulangan.
Ketidakmampuan untuk menghentikan tindakan tertentu dapat berkisar dalam jenis. Dalam kasus apa pun, individu memasuki atau melanjutkan rangkaian pemikiran yang terfokus secara sempit; dalam arti tertentu, memiliki visi terowongan. Fokus ini bisa pada apa saja, mulai dari ide sederhana hingga masalah yang kompleks. Bahkan jika strategi pemecahan masalah asli tidak berhasil, orang tersebut mungkin tidak dapat mengubah bidang pemikiran, menunjukkan ketidakmampuan dalam penalaran abstrak. Kondisi ini dapat diukur dengan Uji Penyortiran Kartu Wisconsin.
Ahli saraf telah menemukan bahwa individu yang menunjukkan ketekunan sering menderita kelainan perkembangan atau cedera pada lobus frontal otak. Tingkat ketekunan berkisar dari penyakit organik hingga cedera otak dan penggunaan narkoba. Beberapa kondisi neurologis ini termasuk tetapi tidak terbatas pada demensia, gangguan obsesif-kompulsif, sindrom Tourette, dan katatonia. Sementara kata ketekunan telah diintegrasikan ke dalam penggunaan arus utama, kata itu sendiri dibedakan dari kata-kata serupa seperti obsesi atau paksaan. Seseorang dengan ketekunan mungkin benar-benar menikmati aktivitas berulang yang dia lakukan. Istilah obsesi atau kompulsi digunakan ketika aktivitas tersebut menjadi tindakan yang tidak diinginkan dan tidak dapat dihentikan.
Tergantung pada besarnya ketekunan, tindakan korektif dapat diambil untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk. Perawatan berkisar dari strategi perilaku dan kognitif hingga pengobatan. Selama masa kanak-kanak ketika ketekunan sebagian besar mempengaruhi guru dan teman sebaya, para ahli menyarankan untuk menggunakan teknik pengalihan dan manajemen perilaku untuk menyesuaikan masalah. Teknik manajemen termasuk mengubah topik pembicaraan, menetapkan batas waktu, mengkonfirmasi jawaban, atau hanya mengatakan “Saya tidak tahu” untuk mengakhiri pertanyaan terus-menerus. Para ahli juga menyarankan agar guru dan orang tua mengajari anak-anak pola pertukaran sosial yang benar dan dapat diterima, untuk menetapkan standar referensi di masa mendatang.