Hormon steroid yang dibuat secara alami oleh tubuh, dehydroepiandrosterone (DHEA) digunakan oleh beberapa orang sebagai suplemen nutrisi. DHEA memiliki insiden efek samping yang rendah bila dikonsumsi dalam waktu singkat dengan dosis rendah. Namun, jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama dengan dosis tinggi, DHEA dapat menyebabkan efek samping yang berkisar dari ringan hingga berpotensi serius. Efek samping DHEA termasuk jerawat, tekanan darah tinggi dan, pada wanita, suara yang lebih dalam dan pertumbuhan rambut wajah. Beberapa orang hanya boleh menggunakan DHEA di bawah pengawasan dokter, jika ada.
Efek samping DHEA biasanya menjadi lebih jelas ketika hormon dikonsumsi dalam dosis tinggi. Dosis tinggi DHEA didefinisikan sebagai 50-100 miligram atau lebih per hari. Mual, tekanan darah tinggi, dan jerawat adalah efek samping yang paling sering dilaporkan. Efek samping DHEA juga termasuk perubahan fungsi gula dalam tubuh, sehingga harus dihindari oleh penderita diabetes. Penelitian telah menunjukkan bahwa DHEA menurunkan kolesterol lipoprotein tinggi (HDL), sehingga pasien yang memiliki HDL rendah perlu berbicara dengan dokter mereka sebelum menggunakan hormon.
Pada wanita, efek samping DHEA dapat mencakup pertumbuhan rambut wajah, pendalaman suara mereka, dan siklus menstruasi yang tidak teratur. DHEA, karena dibuat secara alami di dalam tubuh, disekresikan oleh kelenjar adrenal dan meningkatkan kadar androgen tubuh. Tingginya kadar hormon ini mengaktifkan reseptor androgen, menghasilkan karakteristik pria. Gejala sindrom ovarium polikistik (PCOS) dapat memburuk dengan suplementasi DHEA. Wanita yang sedang hamil atau menyusui harus menghindari DHEA.
Efek samping DHEA lainnya berhubungan dengan konsekuensinya pada bagaimana estrogen digunakan oleh tubuh. Wanita yang memiliki kondisi yang dipengaruhi oleh kadar estrogen tidak boleh melengkapi dengan DHEA. Kondisi tersebut termasuk fibroid rahim, endometriosis, dan kanker organ reproduksi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa DHEA, antagonis kortisol, dapat meningkatkan mood dan membantu mengobati depresi ringan. Namun, jika seseorang menderita gangguan mood klinis, dia tidak boleh menggunakan DHEA. Hormon ini juga telah terbukti efektif dalam mengobati gejala lupus. DHEA sering digunakan sebagai bantuan untuk mengembangkan massa otot, tetapi uji klinis telah mengembalikan bukti yang tidak cukup untuk kemanjurannya dalam membangun otot.
Pendukung suplementasi DHEA mengklaim bahwa hormon tersebut dapat meningkatkan memori episodik pada orang yang menua. Penelitian medis untuk klaim ini, bagaimanapun, memberikan hasil yang tidak meyakinkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa DHEA dapat efektif dalam meningkatkan kepadatan tulang pada pasien yang lebih tua yang menderita osteoporosis.