Jalan Berunsur Delapan adalah seperangkat prinsip yang diciptakan oleh Sidharta Gautama, bapak pendiri agama Buddha. Melalui Jalan Berunsur Delapan seseorang dapat mencapai pencerahan. Ini mempromosikan pikiran yang sehat dan kompas etika, serta kebijaksanaan.
Prinsip pertama dari Jalan Berunsur Delapan adalah “pandangan benar.” Ini mengajarkan kita bahwa kita harus melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bukan seperti yang kita inginkan. Dengan memahami sifat objek dan pemikiran duniawi, kita lebih mampu membuat keputusan yang tepat.
Konsep kedua dari Jalan Berunsur Delapan adalah “niat benar.” Konsep ini berkaitan dengan kecerdasan dan kebijaksanaan. Dengan menentang kekerasan atau kemarahan dan menghindari keinginan fisik dan mental, seseorang mengikuti “niat yang benar.” Ketika pandangan benar dan niat benar digabungkan, ajaran kebijaksanaan dicapai melalui Jalan Berunsur Delapan.
Prinsip ketiga dari Jalan Berunsur Delapan, “ucapan benar”, berkaitan dengan perilaku etis. Dengan mengikuti ucapan yang benar, seseorang setuju untuk tidak berbohong, menggunakan bahasa yang berbahaya untuk menyinggung orang lain, dan tidak berpartisipasi dalam percakapan yang tidak berarti. Ucapan yang benar penting untuk disiplin moral, seperti yang disadari Sidharta Gautama bahwa kata-kata memiliki kekuatan atas hidup kita, dan kehidupan orang lain.
Melanjutkan sepanjang jalan etis, “tindakan benar”, prinsip keempat dari Jalan Berunsur Delapan, mengacu pada penggunaan ekspresi fisik dengan cara yang bermanfaat. Pada dasarnya, Sang Buddha menyatakan bahwa tindakan tidak bajik dapat menyebabkan pikiran yang tidak sehat, dan sebaliknya. Dengan tidak mengambil nyawa, tidak mencuri, dan menjaga aktivitas seksual tetap sehat dan murni, seseorang mengikuti jalan perbuatan benar.
“Penghidupan yang benar”, prinsip kelima, mengajarkan kita bahwa kita harus menciptakan kehidupan kita dengan cara yang damai, bermanfaat, dan legal. Sang Buddha memberikan empat kegiatan yang harus dihindari. Seseorang tidak boleh mencari nafkah dengan menjual senjata, makhluk hidup, bekerja sebagai tukang daging atau mengoperasikan rumah jagal, atau menjual racun (alkohol, obat-obatan, dll).
Dalam Jalan Berunsur Delapan, niat adalah kuncinya. “Upaya yang benar” memberitahu kita bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk alasan yang benar. Membantu seseorang karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan adalah contoh dari usaha yang benar, sedangkan membantu seseorang demi keuntungan pribadi menunjukkan keegoisan, dan karena itu bertentangan dengan Jalan Berunsur Delapan.
Dengan memperhatikan kesan kita terhadap ide dan orang lain, kita mengikuti “perhatian benar”. Membuat penilaian dan persepsi awal adalah bagian dari menjadi manusia, tetapi dengan menyadari bagaimana kita memandang sesuatu, kita dapat memastikan bahwa persepsi kita adil. Sang Buddha menguraikan empat langkah untuk mencapai “perhatian benar.” Kita harus menyadari tubuh kita, efek fenomena pada emosi kita, efek pada keadaan pikiran kita, dan sifat dari fenomena itu sendiri.
Aspek terakhir dari Jalan Berunsur Delapan, “konsentrasi benar”, adalah semacam puncak dari keseluruhan Jalan. Hanya dengan mempertahankan konsentrasi yang baik selama meditasi kita, kita dapat benar-benar memastikan bahwa pikiran dan tindakan kita sendiri adalah baik. Dengan berkonsentrasi pada objek atau konsep yang ada, dan mengabdikan seluruh keberadaan seseorang untuk itu, kita dapat menentukan sifat aslinya. Dengan melanjutkan latihan ini selama meditasi, pada akhirnya akan menjadi sifat kedua dan alam bawah sadar.