Juga dikenal sebagai suplementasi testosteron atau terapi penggantian testosteron (TRT), terapi testosteron adalah injeksi, konsumsi, atau aplikasi topikal testosteron, yang merupakan hormon atau androgen pria yang paling penting. Terapi testosteron paling sering diresepkan untuk pria dengan defisiensi testosteron, dan biasanya menjadi pengobatan seumur hidup yang memerlukan pemantauan medis rutin sepanjang hidup pasien. Terapi testosteron dapat diberikan dalam berbagai cara, termasuk krim topikal, gel, atau patch; implan, suntikan, dan kapsul.
Kekurangan testosteron didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan kadar testosteron yang cukup yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Ini mempengaruhi sekitar satu dari setiap 200 pria di bawah usia 60 tahun, dan dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti obesitas, penuaan, dan penyakit. Kekurangan testosteron ditentukan oleh seorang profesional medis setelah setidaknya dua tes darah. Meskipun diagnosis tidak mengancam jiwa dengan sendirinya, kadar testosteron yang rendah dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer, dan dapat merusak kualitas hidup pasien. Kekurangan testosteron dapat menghambat pertumbuhan otot dan tulang, produksi sel darah merah, dan libido. Sumber kekurangan testosteron mungkin berasal dari otak, menyebabkan aliran testosteron yang dibawa dalam darah tidak merata atau terputus dan didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti ke otot, rambut, dan kulit. Kekurangan testosteron mungkin juga merupakan akibat dari kerusakan testis, seperti hipogonadisme.
Efek samping terapi testosteron mungkin termasuk jerawat dan peningkatan produksi minyak di kulit, kesulitan buang air kecil, dan perkembangan sleep apnea atau kanker prostat yang sudah ada sebelumnya. Jika terapi testosteron diberikan dalam dosis yang salah, itu juga dapat menyebabkan perkembangan payudara, atau ginekomastia. Efek samping ini dapat dicegah dengan memastikan dosis yang tepat atau minum obat tambahan tertentu. Sisi positifnya, terapi testosteron dapat membantu mencegah serangkaian masalah kesehatan, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, osteoporosis, depresi, kecemasan, dan penyakit kardiovaskular.
Dalam dunia olahraga, testosteron dan steroid anabolik lainnya telah dikonsumsi oleh para atlet untuk meningkatkan kinerja mereka. Dengan mempercepat sintesis protein otot, testosteron dapat menumbuhkan serat otot dan meningkatkan daya tahan atletik. Pada tahun 1990, Undang-Undang Kontrol Steroid Anabolik Kongres AS menyatakan steroid anabolik, termasuk testosteron, “zat yang dikendalikan”. Meskipun penggunaan zat yang dikendalikan untuk keuntungan atletik dilarang dalam olahraga profesional, penyalahgunaan testosteron dan steroid lainnya oleh atlet profesional tetap menjadi masalah, dan biasanya mengakibatkan skandal saat terpapar.