Istilah serviks berhubungan dengan serviks, yaitu bagian dari saluran reproduksi wanita yang terdapat di bagian bawah rahim. Sitologi, di sisi lain, menunjukkan studi tentang sel, termasuk fungsi, anatomi, dan kimianya. Oleh karena itu, sitologi serviks sebagian besar mempelajari sel-sel yang ditemukan di serviks wanita. Ini melibatkan skrining untuk deteksi dini displasia serviks atau perubahan sel abnormal yang terkadang dapat menyebabkan pembentukan kanker serviks.
Tes sitologi serviks, yang sering disebut tes Pap, biasanya dilakukan di klinik dokter kandungan atau ginekolog. Sering dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan panggul, yaitu pemeriksaan vagina, rahim, dan rektum. Untuk mengevaluasi serviks, spekulum dimasukkan ke dalam vagina untuk membuka dindingnya dan membuat serviks terlihat oleh pemeriksa. Sel-sel serviks kemudian dikerok dan ditempatkan dalam media cair untuk dikirim ke laboratorium untuk studi sitologi cair. Di bawah mikroskop, ahli patologi mempelajari sel dan menyiapkan laporan sitologi berdasarkan temuannya.
Studi sitologi serviks secara umum dapat mendeteksi adanya sel-sel abnormal yang memiliki peluang lebih tinggi untuk berubah menjadi kanker di kemudian hari. Dengan deteksi dini, tingkat kesembuhan juga jauh lebih baik. Karena jenis kanker ini cenderung tumbuh sangat lambat, pemeriksaan rutin sering membantu dalam menangkapnya dalam proses perkembangannya. Penatalaksanaan yang tepat kemudian dapat diberikan pada wanita dengan hasil sitologi serviks positif. Laporan sitologi serviks positif menggambarkan adanya sel abnormal atau adanya sel kanker.
Wanita usia reproduksi sering dianjurkan untuk menjalani skrining menggunakan tes Pap smear. Beberapa organisasi, termasuk American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), sebagian besar merekomendasikan bahwa wanita harus melakukan tes skrining sitologi serviks pertama mereka pada usia 21. Yang lain merekomendasikan skrining setelah tiga tahun dari kontak seksual pertama dan juga pada usia 21, atau mana saja dari keduanya datang lebih dulu.
Ada juga pedoman yang berbeda tentang seberapa sering wanita harus menjalani tes. Beberapa pedoman menyarankan bahwa wanita usia 21 hingga 29 tahun harus melakukan tes Pap setiap dua tahun. Pada usia 30 tahun ke atas, umumnya harus setiap tiga tahun, jika mereka telah menunjukkan hasil tes Pap smear negatif tiga kali berturut-turut sebelumnya. Dalam kasus temuan abnormal, tes biasanya dilakukan lebih sering, tergantung pada kebutuhan dokter yang menangani.
Banyak faktor yang meningkatkan risiko perkembangan kanker serviks pada beberapa wanita. Faktor-faktor ini termasuk usia dini dari kontak seksual pertama, memiliki banyak pasangan seks, atau memiliki pasangan yang memiliki riwayat beberapa kali berhubungan seksual. Infeksi penyakit menular seksual, seperti klamidia dan human papillomavirus (HPV), juga sering meningkatkan risiko wanita terkena kanker serviks.