Apa itu Diksi Kuno?

Diksi kuno juga dikenal sebagai arkaisme. Ketika seseorang menggunakan metode berbicara ini, dia menggunakan kata-kata yang kuno dan berasal dari zaman yang lebih tua. Puisi adalah area utama di mana kata-kata kuno menemukan kegunaannya, tetapi drama dan buku juga dapat memuatnya. Salah satu contohnya adalah adanya kata steed menggantikan kata yang lebih modern seperti horse atau stallion.

Bahasa berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Bahasa Inggris tempat William Shakespeare berbicara dan menulis sangat berbeda, misalnya, dengan bahasa Inggris yang digunakan orang Amerika dan Inggris saat ini. Bahkan di zaman Shakespeare, ada kata-kata yang ketinggalan zaman dan berasal dari era sebelumnya.

Puisi adalah bentuk seni yang mengharuskan penggunaan kata-kata deskriptif dan menggugah. Oleh karena itu, seorang penyair mungkin lebih suka menggunakan kata kuno daripada padanan modernnya. Bunyi kata yang lebih tua mungkin lebih cocok dengan puisi dalam hal rima, asonansi, atau aliterasi. Ini mungkin lebih sesuai dengan meteran puisi daripada kata yang lebih baru dengan jumlah suku kata yang berbeda.

Fakta intrinsik dari sebuah istilah yang kuno, dan karena itu kurang umum, dapat memberikan puisi lebih banyak misteri daripada kata yang lebih mudah dikenali. Seperti halnya penyair, orang yang menulis drama dan mereka yang menulis buku mungkin menggunakan arkaisme untuk beberapa alasan yang sama. Ketika seorang penulis menetapkan cerita di era tertentu, dia juga dapat menggunakan diksi kuno untuk membuat cerita lebih realistis.

Penggunaan terminologi kuno tidak terbatas pada puisi modern. Era sejarah tertentu puisi menampilkan penggunaan arkaisme. Samuel Coleridge, John Keats, dan Alfred, Lord Tennyson semuanya menulis puisi dalam bahasa yang lebih tua daripada bahasa Inggris abad ke-19. Kebanyakan penyair dan penulis, bagaimanapun, menulis dalam bahasa yang mereka gunakan, dan audiens kontemporer dapat memahami semua kata dalam karya yang dihasilkan.

Masalah dengan menulis dalam diksi kuno adalah bahwa banyak orang tidak memahami kata-kata lama untuk konsep yang sudah dikenal. Sementara arkaisme selalu hadir dalam tulisan dan puisi lama, mereka biasanya membutuhkan terjemahan ke dalam bahasa modern agar pembaca dapat memahaminya. Penyair yang sengaja menambahkan arkaisme ke dalam puisinya dapat mengasingkan sebagian besar audiens yang tidak ingin menghabiskan waktu untuk menafsirkan kata-kata asing. Namun, banyak kata kuno, seperti steed, umumnya dipahami, meskipun orang umumnya menggunakan kata-kata tersebut untuk situasi khusus, seperti humor.