Sebuah hubungan sebab-akibat potensial ada antara steroid dan diabetes, dengan beberapa resep steroid memicu timbulnya atau eksaserbasi diabetes. Steroid, seperti prednison, deksametason hidrokortison dan deksametason, dapat menyebabkan hati melepaskan terlalu banyak glukosa dan menyebabkan tubuh mengembangkan resistensi insulin, yang mengakibatkan kadar gula darah tinggi. Insulin diperlukan untuk mengubah glukosa menjadi energi dan menjaga keseimbangan gula darah.
Tergantung pada produktivitas pankreas, steroid resep dapat membuat bahkan mereka yang tidak memiliki kecenderungan genetik untuk terkena diabetes mengembangkan kondisi tersebut. Jika pankreas merasakan tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin dengan adanya steroid, pankreas dapat melepaskan insulin tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Tanpa insulin tambahan atau jika tubuh menolak insulin, kondisi medis yang dikenal sebagai diabetes yang diinduksi steroid berkembang. Bagi mereka yang sudah menderita diabetes, mengonsumsi steroid dapat memperburuknya.
Hubungan antara steroid dan diabetes ini biasanya bersifat sementara, berlangsung kira-kira tiga hari dan menghilang ketika pengobatan steroid benar-benar dihentikan. Namun, bagi orang yang menjalani terapi steroid jangka panjang, diabetes bisa menjadi kronis. Untuk menghindari efek samping negatif dari steroid dan diabetes, banyak dokter meresepkan steroid dengan dosis rendah atau menggunakan jenis obat lain untuk mengobati masalah peradangan, seperti asma atau radang sendi, yang merupakan dua kondisi paling umum yang menggunakan steroid.
Suntikan sekali pakai dengan 35 mg atau kurang steroid tidak mungkin memicu gula darah tinggi bahkan pada pasien diabetes, penelitian menunjukkan. Dosis 50 mg atau lebih, bagaimanapun, biasanya meningkatkan gula darah. Jika dosis tinggi obat steroid harus digunakan, beberapa dokter memilih untuk meresepkan insulin dosis tinggi secara bersamaan, terutama untuk pasien yang berisiko tinggi terkena diabetes yang diinduksi steroid. Dokter menyarankan pemantauan harian kadar glukosa darah untuk pengguna steroid.
Alasan korelasi antara steroid dan diabetes ini tidak sepenuhnya dipahami oleh para ilmuwan. Studi awal pada tikus menunjukkan bahwa steroid mengganggu asam lemak di hati sehingga mereka tidak dapat lagi mengaktifkan protein khusus yang dikenal sebagai peroksisom proliferator-activated receptor-alpha (PPAR-alpha). Tanpa fungsi PPAR-alpha, penelitian menemukan bahwa gula darah menumpuk dan resistensi insulin pun terjadi. Teori lain yang lebih sederhana adalah bahwa steroid oral dan epidural menurunkan kromium dalam tubuh, yang merupakan nutrisi utama yang diperlukan untuk mengontrol gula darah.
Orang-orang tertentu lebih rentan terhadap hubungan negatif antara steroid dan diabetes. Anak-anak yang memiliki penyakit Crohn dan menggunakan steroid secara teratur berisiko tinggi terkena diabetes steroid. Penuaan pasien dengan gangguan neurologis juga berisiko lebih besar.