Bagaimana Krisis Energi tahun 70-an Mempengaruhi Amerika Serikat?

Krisis minyak tahun 1970-an memiliki dampak politik, sosial, dan ekonomi yang luar biasa di Amerika Serikat, dan gaungnya terus terasa hingga hari ini. Peristiwa ini secara dramatis menggambarkan ketergantungan Amerika pada bahan bakar fosil, dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang kebijakan energi negara itu dan keamanan pasokan energinya.
Beberapa peristiwa digabungkan untuk membawa krisis energi tahun 70-an. Yang pertama adalah peningkatan dramatis dalam konsumsi energi, dengan Amerika Serikat mengkonsumsi sebagian besar energi dunia sebanding dengan populasinya. Produksi minyak dalam negeri menurun pada saat yang sama, membuat negara itu sangat bergantung pada minyak asing, dan pada tahun 1973, AS ditempatkan di bawah embargo OPEC karena alasan politik. Anggota OPEC Timur Tengah ingin memprotes keterlibatan Amerika dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Israel, dan negara-negara ini menyerang negara yang dirugikan, merampas minyak mereka pada tahun 1973 dan lagi pada tahun 1977.

Salah satu efek paling langsung dari embargo adalah melonjaknya harga energi sebagai akibat dari terbatasnya pasokan dan permintaan yang tinggi. Penjatahan mulai berlaku, dengan pasokan produk minyak bumi dibagikan secara hati-hati dengan kartu ransum dan sistem bendera, di mana orang dapat bergiliran membeli gas dan bahan bakar lainnya berdasarkan nomor plat. Pada saat yang sama, pasar saham berkontraksi secara radikal, sebuah peristiwa yang menandakan ketidakstabilan pasar saham di masa depan terkait dengan harga minyak.

Tahun 1970-an juga merupakan era di mana lingkungan hidup menjadi mainstream. Para pencinta lingkungan beralih dari apa yang dianggap banyak orang sebagai “pinggiran gila” ke jantung kesadaran sosial karena mereka berpendapat bahwa konsumsi energi yang tinggi merusak lingkungan dan melumpuhkan Amerika Serikat. Krisis energi, dikombinasikan dengan minat yang lebih besar pada lingkungan, membawa peningkatan minat pada sumber energi alternatif dan efisiensi bahan bakar.

Secara politik, pemerintah berjuang untuk mengatasi krisis tersebut. Skandal Watergate meletus pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga menyulitkan pemerintahan Nixon untuk membuat keputusan kebijakan yang produktif. Begitu Ford dan kemudian Carter mengambil alih, mereka berjuang untuk memahami masalahnya. Sejumlah lembaga pemerintah, termasuk Departemen Energi, didirikan selama periode ini dalam upaya merumuskan kebijakan dan mengubah cara orang Amerika menggunakan energi.

Batas kecepatan nasional 55 mil per jam (90 kilometer per jam) diberlakukan untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar, dan waktu musim panas dipindahkan untuk mengurangi permintaan bahan bakar. Langkah-langkah penghematan yang diberlakukan ini dimasukkan ke dalam pemeriksaan yang lebih umum terhadap kebijakan energi AS, dengan beberapa orang Amerika memprotes langkah-langkah tersebut dengan argumen bahwa mereka melanggar hak-hak rakyat atau menimbulkan kesulitan yang tidak semestinya.

Salah satu dampak paling luas dari krisis energi adalah tumbuhnya kesadaran akan kebutuhan untuk mengamankan pasokan energi nasional. Kekhawatiran tentang energi membuat Amerika Serikat menjadi sangat terlibat dalam politik Timur Tengah, karena takut terulangnya embargo tahun 1970-an, dan negara itu juga memulai eksplorasi minyak dan gas yang lebih agresif dalam batas-batasnya dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Periode dalam sejarah Amerika ini menyoroti fakta bahwa energi adalah masalah politik yang kritis, dan bahwa Amerika Serikat tidak dapat dibiarkan tidak sadar di masa depan.