Ketidakmampuan belajar dan komunikasi terhubung melalui hubungan sebab dan akibat. Ada berbagai bentuk gangguan komunikasi dan belajar yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, mendengar, dan berbicara dengan benar. Gangguan komunikasi dan ketidakmampuan belajar terkait erat dengan bagaimana seseorang mempengaruhi yang lain.
Salah satu hubungan antara ketidakmampuan belajar dan komunikasi adalah dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Gangguan ini dimulai pada masa kanak-kanak dan sering berkembang hingga dewasa menjadi gangguan pemusatan perhatian (ADD). ADHD menyebabkan ketidakmampuan untuk fokus, memperhatikan detail, mengikuti serangkaian instruksi, dan mengontrol perilaku. Komunikasi untuk anak dengan ADHD bisa jadi sulit. Gejala ADHD dapat menimbulkan masalah di sekolah dan dalam menyampaikan informasi, terutama dengan menyelesaikan tugas dan melakukan percakapan dengan orang lain.
Ketidakmampuan belajar dan komunikasi juga terkait pada orang dengan disleksia. Ketidakmampuan belajar ini menyebabkan masalah pada kemampuan seseorang untuk menerjemahkan gambar dan kata-kata. Penglihatan dan kecerdasan tidak terpengaruh. Disleksia menimbulkan masalah dengan cara otak menafsirkan apa yang dilihat atau dibaca dengan mendistorsi kata-kata, sering kali membuatnya mundur ke orang dengan gangguan ini. Menulis dan membaca adalah aspek komunikasi yang dipengaruhi oleh disleksia.
Gangguan pemrosesan pendengaran (APD) adalah ketidakmampuan belajar yang terjadi pada anak-anak. Ketidakmampuan belajar dan komunikasi ini terkait dengan gejala yang terkait dengan APD. Orang dengan ini memiliki masalah dengan pengenalan suara dan interpretasi. Otak tidak memproses suara yang didengar dengan benar. APD yang tidak diobati pada anak-anak mempengaruhi komunikasi karena anak-anak tidak belajar dengan benar bagaimana membentuk kata-kata dan membedakan suara, yang dapat menyebabkan keterlambatan bahasa.
Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif dapat menjadi penghubung lain antara ketidakmampuan belajar dan komunikasi. Gangguan bahasa reseptif menyebabkan masalah dengan pemahaman bahasa sedangkan gangguan bahasa ekspresif adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan ucapan dengan benar. Komunikasi bergantung pada kemampuan untuk tidak hanya memahami apa yang diterima tetapi juga output.
Ketidakmampuan belajar dan komunikasi saling mempengaruhi. Untuk dapat belajar, seseorang harus dapat berkomunikasi, tetapi untuk dapat berkomunikasi, belajar tidak dapat dihalangi. Meskipun ketidakmampuan belajar menyebabkan masalah komunikasi, orang dengan gangguan ini dapat belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif meskipun mengalami kesulitan. Dalam banyak contoh, kemajuan dapat dibuat untuk secara bertahap mengajari orang cara belajar dan berkomunikasi dengan mengerjakan area lemah yang disebabkan oleh kecacatan, seperti terapi wicara untuk pengucapan dan membaca untuk pengenalan.