Apa itu Tanin Teh?

Teh hadir dalam berbagai rasa dan gaya, tetapi tanin teh ditemukan di semua jenis teh. Tanin adalah bagian dari kelas molekul alami yang disebut “polifenol,” atau dikenal sebagai “katekin.” Rasa pahit yang dialami sebagian orang setelah minum teh disebabkan oleh tanin. Karena sifatnya yang astringen, tanin dalam teh juga dapat menciptakan sensasi kering dan mengerut di mulut seseorang.

Tanin teh juga bertanggung jawab atas warna kecoklatan teh. Teh yang lebih gelap umumnya memiliki konsentrasi tanin teh yang lebih tinggi daripada teh yang lebih ringan. Untuk sebagian besar, teh “asli”, seperti teh hijau, oolong, dan teh hitam, memiliki jumlah tanin yang lebih tinggi daripada teh herbal. Konsentrasi tanin dalam secangkir teh juga meningkat semakin lama teh dibiarkan terendam. Jadi, jika secangkir teh diseduh terlalu lama, orang yang meminumnya mungkin akan merasakan rasa pedas atau pahit yang berlebihan.

Tanin yang terkandung dalam teh sering disalahartikan dengan asam tanat, zat kimia yang digunakan untuk menyamak kulit binatang. Ini adalah kesalahpahaman. Sementara tanin teh termasuk dalam kelas bahan kimia yang sama dengan asam tanat, mereka tidak sama. Jenis tanin yang ditemukan dalam teh juga ditemukan pada makanan lain, seperti buah delima, cranberry, kakao, dan anggur merah.

Ketika dikonsumsi dalam jumlah sedang, tanin teh dianggap memiliki manfaat kesehatan tertentu. Misalnya, tanin yang ditemukan dalam teh dipercaya dapat melawan jenis bakteri tertentu yang ditemukan di mulut seseorang, sehingga mencegah bau mulut dan gigi berlubang. Tanin teh juga diyakini memiliki efek menenangkan dan membuat rileks pada beberapa individu, yang dapat melawan rasa gugup atau gelisah yang kadang-kadang disebabkan oleh kafein yang ada dalam jenis teh tertentu.

Studi menunjukkan bahwa tanin yang ditemukan dalam teh, ketika dikonsumsi dalam jumlah besar, dapat mengganggu penyerapan zat besi nabati seseorang. Akibatnya, individu yang menderita kekurangan zat besi, atau yang tidak mendapatkan zat besi dari sumber berbasis daging, disarankan untuk membatasi asupan teh tidak lebih dari empat cangkir per hari. Jika seseorang memiliki kekhawatiran tentang kadar zat besi yang rendah, juga disarankan agar dia tidak mengonsumsi teh dalam waktu satu jam sebelum atau setelah makan.

Banyak orang percaya bahwa teh dapat membantu memerangi flu biasa dan penyakit sejenis lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada dasar yang dapat diverifikasi untuk keyakinan itu. Gangguan tanin teh dengan penyerapan zat besi dapat mencegah strain bakteri penyebab penyakit tertentu dari menyerap zat besi yang dibutuhkan untuk berkembang. Ini secara efektif akan membuat bakteri kelaparan dan dengan demikian membantu sistem kekebalan seseorang untuk melawan penyakit.