Gegar otak dalam sepak bola dapat berasal dari sejumlah penyebab, termasuk jatuh dan cedera, yang sering terjadi setelah tekel akibat benturan yang tiba-tiba atau parah. Dalam beberapa penelitian, gegar otak dalam sepak bola menyumbang hingga 53% dari semua gegar otak di atletik sekolah menengah. Sekitar 60% pemain sepak bola profesional pernah mengalami gegar otak selama kariernya, dan 26% melaporkan lebih dari tiga gegar otak selama karier mereka.
Ketika seorang pemain sepak bola mengalami guncangan kepala yang tiba-tiba, otak mungkin mengalami cedera yang disebut sebagai gegar otak. Gegar otak dianggap sebagai jenis cedera otak. Gegar otak dapat menyebabkan penurunan fungsi otak dan berbagai gejala.
Gejala yang dialami oleh mereka yang mengalami gegar otak, termasuk pemain sepak bola, berkisar dari ringan hingga parah. Gejala ringan dapat berupa kebingungan, sakit kepala, dan pusing. Gejala yang lebih parah dapat mencakup gangguan keseimbangan, kejang, dan kehilangan kesadaran.
Dalam sampel siswa sekolah menengah, sebuah penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kedokteran olahraga Union Memorial Hospital di Baltimore menemukan bahwa pemain sepak bola menyumbang 53% dari semua gegar otak yang dialami oleh para atlet dalam penelitian tersebut. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa tingkat kejadian gegar otak dalam sepak bola di tingkat sekolah menengah meningkat 8% setiap tahun dari tahun 1997 hingga 2008. Penelitian ini mencakup gegar otak dalam sepak bola yang diderita selama latihan dan pertandingan.
Atlet sepak bola perguruan tinggi mengalami gegar otak pada tingkat 10.5 per 1,000 latihan dan kompetisi atletik, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Program Pengawasan Cedera NCAA. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa atlet sepak bola perguruan tinggi 7 kali lebih mungkin mengalami gegar otak dalam kompetisi sepak bola dibandingkan dengan latihan. Peningkatan ukuran dan kecepatan pemain, serta tingkat daya saing yang ditemukan dalam olahraga perguruan tinggi mengakibatkan gegar otak yang lebih parah.
Dalam sepak bola profesional, jumlahnya bahkan lebih tinggi. Sekitar 60% mantan pemain dalam penelitian yang dilakukan oleh Center for the Study of Retired Atlet di North Carolina University pernah mengalami gegar otak selama karir bermain mereka. Studi ini juga menemukan bahwa pemain sepak bola profesional yang pernah mengalami gegar otak juga mengalami masalah memori, konsentrasi, dan neurologis pada tingkat yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengalami gegar otak.
Statistik lain menunjukkan prevalensi masalah yang terus berlanjut di luar akhir karir seorang atlet. Depresi terjadi tiga kali lipat pada mereka yang mengalami tiga kali atau lebih gegar otak dalam kariernya. Mantan pemain sepak bola profesional juga mengalami penyakit Alzheimer 19 kali lebih sering daripada mereka yang tidak bermain sepak bola atau mengalami gegar otak.