Faktor Apa yang Mempengaruhi Produksi Sperma?

Beberapa faktor mempengaruhi produksi sperma, termasuk pilihan gaya hidup. Obat-obatan dan alkohol dapat menurunkan jumlah sperma pria, misalnya. Beberapa penyakit menular seksual dapat menyebabkan jumlah sperma yang rendah juga. Kekurangan hormon juga dapat menyebabkan pria menghasilkan lebih sedikit sperma. Beberapa jenis pakaian bahkan bisa mempengaruhi produksi sperma pria. Faktor lingkungan, seperti paparan racun berbahaya, juga dapat menyebabkan konsentrasi sperma lebih rendah dari normal.

Sperma adalah sel reproduksi pria, dan diproduksi di testis. Ejakulasi pria, yang dikenal sebagai air mani, mengandung jutaan sel ini. Umumnya, pria dengan jumlah sperma normal akan memiliki lebih dari 20 juta sperma dalam setiap mililiter (0.2 sendok teh) air maninya. Sekitar setengah dari sperma ini biasanya akan hidup dan normal, sementara kira-kira seperempat dari mereka harus berenang dengan sangat cepat.

Pria yang secara teratur merokok lebih cenderung memiliki masalah dengan sperma mereka, menurut beberapa penelitian. Racun dalam rokok dapat menghambat produksi sperma, mengakibatkan jumlah sperma yang rendah. Perokok juga lebih mungkin dibandingkan non-perokok untuk memiliki sperma yang abnormal atau cacat.

Beberapa obat juga dapat mempengaruhi kadar sperma, termasuk beberapa resep antibiotik dan obat antijamur. Obat-obatan terlarang juga dapat berpengaruh pada produksi sperma. Penggunaan kokain, misalnya, dapat menghambat proses produksi sperma, bahkan bertahun-tahun setelah pria menggunakan narkoba.
Alkohol juga dapat mengganggu kadar sperma. Biasanya, peminum ringan hingga sedang biasanya tidak perlu khawatir tentang jumlah sperma. Peminum berat, di sisi lain, berisiko memiliki lebih banyak sel sperma yang cacat daripada biasanya.

Penyakit menular seksual (PMS), khususnya klamidia, juga dapat mempengaruhi produksi sperma. Pria dengan penyakit ini jarang menunjukkan gejala fisik, oleh karena itu sering tidak terdeteksi untuk waktu yang lama. Seiring dengan jumlah sperma yang rendah, pria dengan klamidia juga memiliki persentase sperma cacat yang tinggi, yang biasanya tidak dapat berenang dengan cukup baik untuk mencapai sel telur wanita.
Hormon testosteron memicu perkembangan karakteristik pria selama masa pubertas. Ini juga memiliki efek besar pada produksi sperma. Pria yang tidak menghasilkan cukup testosteron biasanya memiliki jumlah sperma yang rendah.

Beberapa ahli percaya celana ketat dan pakaian dalam juga bisa menyebabkan jumlah sperma rendah. Jenis pakaian ini dapat mendorong testis ke dalam tubuh, meningkatkan suhunya. Karena suhu tinggi dapat memengaruhi produksi sperma, beberapa pria yang mengenakan pakaian dalam atau celana ketat memiliki jumlah sperma yang rendah. Penggunaan bak pusaran air atau bak mandi air panas yang berlebihan juga dapat memiliki efek ini.

Sejumlah racun juga bisa berpengaruh pada kadar sperma. Beberapa pestisida telah terbukti menurunkan jumlah sperma. Insektisida chlordane dilarang di Amerika Serikat pada 1980-an karena sejumlah efek samping, termasuk jumlah sperma yang rendah pada beberapa pria. Paparan zat radioaktif juga dapat menurunkan jumlah sperma dan meningkatkan kemungkinan sperma cacat.