Dalam Fiksi, apa itu Dialog?

Bagian integral dari banyak potongan fiksi adalah dialog, atau kata-kata yang diucapkan sebenarnya dari karakter. Bagian-bagian dalam fiksi sering ditunjukkan sebagai dialog dengan tanda kutip (“”) dan memberi tahu pembaca bahwa seorang tokoh sedang berbicara. Dialog memainkan peran penting dalam karya fiksi dan dapat berfungsi lebih dari sekadar olok-olok sederhana antar karakter.

Dialog harus antara dua atau lebih karakter. Ketika satu karakter berbicara kepada dirinya sendiri, itu dikenal sebagai monolog, yang juga dapat ditunjukkan dengan tanda kutip. Dialog dapat mengungkapkan kepada pembaca beberapa hal tentang karakter tertentu, dan dapat secara khusus mengungkapkan jika dibandingkan dengan pemikiran batin mereka atau tindakan mereka di seluruh bagian fiksi. Bahkan, beberapa penulis akan menulis sebagian besar, jika tidak semua, dari karya mereka sebagai satu dialog panjang. Plato terkenal dengan teknik ini.

Dialog tentu saja tidak hanya sebatas fiksi. Ini dapat muncul dalam non-fiksi, esai, puisi, artikel berita, dll., tetapi dalam fiksi, ia memiliki tujuan yang lebih dari sekadar menyampaikan apa yang dikatakan karakter tertentu. Dialog dapat mengungkapkan permusuhan antar karakter; ia dapat mengungkapkan subteks, atau emosi dan gagasan yang tidak diungkapkan secara eksplisit dalam prosa; dan dapat memberi petunjuk kepada pembaca tentang dari mana karakter itu berasal, seperti apa kehidupan mereka, apa tingkat pendidikan mereka, dll. Itu juga dapat memberi pembaca gambaran tentang apakah seorang narator dapat diandalkan atau tidak, dengan asumsi narator adalah salah satu peserta dalam dialog.

Penulis akan sering menggunakan kutipan dialog untuk memberi petunjuk kepada pembaca tentang ironi tertentu — terutama ironi verbal, di mana seorang karakter mengatakan satu hal tetapi sebenarnya berarti sesuatu yang lain. Bergantung pada suasana hati yang ingin disampaikan oleh penulis, mereka dapat memilih untuk menulis dialog mereka sebagai gaya bolak-balik yang cepat, atau sebagai pertukaran yang lebih lambat dan lebih disengaja. Untuk memperlambat langkah dan juga untuk memastikan pembaca dapat melacak siapa yang berbicara, penulis akan menyertakan tag di akhir baris tertentu, seperti “dia berkata,” atau “dia bertanya.” Tag juga dapat muncul di awal atau di tengah dialog, tetapi paling sering muncul di akhir.

Garis dialog paling sering dipecah menjadi garis terpisah untuk membedakan lebih lanjut siapa yang berbicara. Berikut adalah contoh singkat dari dialog yang dipecah menjadi baris terpisah, dan juga menggunakan tag:
“Kemana kamu pergi?” tanya Bill.
“Ke toko kelontong,” kata Shelly.
“Bisakah kamu mengambilkan jus jeruk untukku?”
“Ya,” kata Shelly, “aku bisa.”