Bagaimana Sejarah Psikiatri?

Sejarah disiplin apapun diinformasikan oleh banyak faktor, dan psikiatri tidak terkecuali. Pengaruh budaya dan tokoh-tokoh terkemuka mulai dari Socrates hingga Sigmund Freud membantu menciptakan teori-teori psikologis yang luas seperti teori kognitif dan psikoanalisis. Teori-teori ini meletakkan dasar untuk pemahaman yang lebih baik tentang gangguan mental dan mengembangkan terapi yang dapat membantu mengobati gangguan ini. Pada abad ke-21, psikiatri telah menjadi disiplin medis yang diakui menggunakan obat-obatan, teknologi, dan model diagnostik dan terapeutik yang lebih baik.

Jauh di masa lalu, paradigma supernatural dan mistisisme berkuasa. Dengan demikian, banyak penyakit mental yang dikaitkan dengan kerasukan kekuatan jahat, dan mereka yang menderita sering disiksa atau dikurung di kamar seperti penjara bawah tanah. Perburuan penyihir juga terjadi, dengan tersangka dianiaya dan kadang-kadang dieksekusi. Psikiatri tidak akan benar-benar dimulai sebagai pengejaran ilmiah sampai kira-kira abad ke-19, ketika teori-teori seperti behaviorisme dan psikoanalisis bersaing untuk mendapatkan pengakuan.

Penyelidikan ke dalam pikiran manusia memperoleh pijakan intelektual dengan filsuf Yunani kuno, yaitu Socrates. Filsuf ini pertama-tama menekankan pentingnya kemampuan manusia untuk menalar dan merefleksikan diri, dan dia percaya bahwa semua kebenaran dan pengetahuan datang melalui penalaran. Socrates, bersama dengan individu seperti sarjana Prancis abad ke-17 Rene Descartes, memperkenalkan rasionalisme ke dalam studi tentang pikiran manusia. Pendekatan awal dalam sejarah psikiatri ini adalah preseden terapi kognitif, yang menekankan restrukturisasi kepercayaan dan proses berpikir yang salah dan merusak.

Sebaliknya, individu seperti Aristoteles dan filsuf Inggris abad ke-17 John Locke memajukan pandangan empiris tentang pikiran pasif yang memperoleh semua pengetahuan melalui pengalaman. Dengan kata lain, pikiran adalah batu tulis kosong di mana rangsangan eksternal menulis kisah tersebut. Keyakinan ini meletakkan dasar bagi perubahan signifikan lainnya dalam sejarah psikiatri di akhir abad ke-19: behaviorisme. Pendukung seperti John Watson dan BF Skinner menekankan pengendalian perilaku manusia yang tidak normal melalui sarana eksternal seperti hadiah dan hukuman.

Selain itu, dokter Austria abad ke-19 Sigmund Freud mengembangkan sisa-sisa awal psikoterapi dengan teori psikoanalitiknya. Teori ini berpusat pada konflik antara kesadaran individu dan kesadaran bawah sadar. Impuls naluriah yang tidak disadari diwakili oleh kekuatan yang disebut id. Ketika individu menekan perasaan ini dari kesadaran, mereka dapat berubah menjadi neurosis mental. Menurut teori ini, sebagian besar kepribadian dan perilaku individu ditentukan oleh pertarungan antara id dan superego yang taat hukum; Freud percaya bahwa mengenali dan menghadapi konflik ini dapat mengurangi konsekuensi negatif.

Berbeda dengan Freud, humanisme Alfred Adler dan Abraham Maslow — dikembangkan setelah teori psikoanalitik Freud — dengan kuat menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan baik. Adler menunjukkan bagaimana tujuan akhir setiap orang dalam hidup adalah berjuang menuju diri yang ideal dan sempurna, bebas dari cacat apapun. Juga, individu semua bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat, dan dengan demikian memiliki tingkat kepentingan sosial yang tinggi. Demikian pula, Maslow berfokus pada perbaikan individu melalui aktualisasi diri, atau mengembangkan karakteristik seperti kreativitas, motivasi, empati, dan kurangnya pengaruh negatif. Baik Adler dan Maslow mempromosikan pendekatan terapeutik baru dalam sejarah psikiatri: terapi optimistis berorientasi masa depan yang berusaha membangun kekuatan daripada menyoroti kelemahan.
Lebih banyak individu di abad ke-19 dan ke-20 juga memberikan kontribusi signifikan dalam sejarah psikiatri. Orang Prancis Jean-Martin Charcot memberikan perhatian ilmiah pada penggunaan hipnosis dalam psikiatri, dan dia juga orang pertama yang menyelidiki peran sistem saraf dalam memfasilitasi kelainan mental. Peneliti lain seperti Karl Wernicke dan Cesare Lombroso menyelidiki lebih lanjut akar biologis dari masalah mental, sehingga memperkenalkan aspek medis objektif ke dalam psikologi subjektif sebelumnya. Individu seperti James McKeen Cattell dan Emile Kraepilin memberi psikiatri kredibilitas yang lebih ilmiah dengan merancang ukuran psikologis yang dapat diuji dan menekankan data keras. Pengaruh budaya dan pengaruh sosial lainnya terhadap kepribadian dan perilaku individu juga menjadi pertimbangan Carl Jung, Alfred Bandura, dan lain-lain.

Kemajuan signifikan dalam sejarah psikiatri abad ke-20 termasuk kebangkitan sejati pendekatan kognitif, penekanan berkelanjutan pada kontribusi sistem biologis dan saraf terhadap gangguan mental, dan pengakuan formal psikiatri di seluruh dunia sebagai disiplin ilmiah dan pengejaran pekerjaan. Kemajuan medis dan permulaan neurologi sebagai disiplin terpisah menyebabkan psikofarmakologi, di mana obat-obatan diresepkan oleh psikiater untuk membantu memperbaiki ketidakseimbangan saraf. Manual formal pertama yang memberikan deskripsi dan pedoman untuk mendiagnosis berbagai gangguan mental juga diperkenalkan selama ini. Teknologi medis baru seperti mesin pemindai digital juga menawarkan metode untuk diagnosis. Dengan dibukanya organisasi psikiatri resmi di seluruh dunia dan pembuatan program pendidikan yang secara khusus ditujukan untuk psikiatri, disiplin ini berkembang pesat dan menghasilkan banyak cabang subdisiplin psikiatri dan spesialisasi terapeutik.