Apakah Orang Cenderung Melakukan Root untuk Underdog?

Apakah itu kompetisi olahraga atau pemilihan politik, pada satu titik kita semua mendukung yang tertindas. Apakah ini karena kami benar-benar mendukung tim atau orang itu, atau apakah kami melakukannya karena kami cenderung mendukung yang diunggulkan, terlepas dari siapa atau apa itu? Sekelompok peneliti mencoba menjawab pertanyaan ini dengan penelitian yang melibatkan bayi, kotak, dan lingkaran. Saat lingkaran tampak mengejar, menabrak, dan menghancurkan kotak kuning, para peneliti mengamati reaksi bayi-bayi tersebut. Sekitar 16 dari 20 bayi meraih balok kuning. Para peneliti percaya bahwa ini mungkin merupakan tanda kecenderungan manusia untuk mendukung yang tertindas. Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE pada tahun 2013, juga menguji preferensi bayi antara penyerang, korban, dan pengamat – dalam hal ini, sebuah silinder merah. Mereka menemukan bahwa bayi lebih memilih pengamat daripada penyerang dan korban daripada pengamat. Para peneliti tidak sepenuhnya yakin apakah hasil ini berarti bahwa manusia secara alami cenderung bersimpati dengan korban. Tapi mereka percaya bahwa otak manusia mampu membangun sebab-akibat dan menempatkan nilai negatif pada agresi pada usia sepuluh bulan. Peneliti lain menawarkan interpretasi yang sama sekali berbeda dari fenomena ini. Mereka tidak percaya bahwa manusia mendukung yang tertindas; sebaliknya, mereka percaya bahwa kita melawan entitas dominan.

Lebih lanjut tentang anak-anak dan pembelajaran:

Pada usia dua setengah tahun, anak-anak dapat memperhatikan dan memperbaiki kesalahan tata bahasa.
Para peneliti percaya bahwa anak-anak yang menerima lebih banyak perhatian dan pengasuhan di rumah akan menunjukkan IQ yang lebih tinggi.
Anak-anak dari orang tua berpendidikan perguruan tinggi mendengar rata-rata 2,153 kata yang diucapkan kepada mereka per jam.