Apa Tanda Mutisme Selektif pada Anak?

Manifestasi paling jelas dari mutisme selektif pada anak-anak adalah kegagalan atau ketidakmampuan untuk berbicara selama kesempatan tertentu meskipun kemampuan untuk melakukannya pada orang lain. Seorang anak dengan mutisme selektif, misalnya, mungkin berbicara secara terbuka kepada saudara kandungnya, tetapi menjadi diam secara tidak normal ketika diharapkan untuk berbicara dengan seorang guru. Tanda-tanda lain dari gangguan komunikasi termasuk rasa malu, penarikan sosial, dan keterampilan motorik canggung. Pasien mungkin juga menunjukkan peningkatan kepekaan terhadap kebisingan, masalah kecemasan, dan kurangnya ekspresi emosional. Bisu selektif pada anak-anak mungkin juga memiliki tanda-tanda positif; studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan cenderung skor lebih tinggi pada ukuran kecerdasan dan kecerdasan emosional.

Bisu selektif pada anak-anak biasanya pertama kali diperhatikan ketika anak menunjukkan perubahan yang signifikan dalam perilaku berbicara dalam situasi yang berbeda. Pada anak-anak yang sangat kecil, hal ini cenderung diekspresikan di sekolah; khususnya, ketika anak dipanggil untuk mengaji di kelas. Situasi umum lainnya yang menyebabkan anak-anak terdiam termasuk pertunjukan di depan orang banyak dan ketika diajak bicara oleh figur otoritas. Terlepas dari kesunyian anak dalam situasi ini, ia tampaknya tidak memiliki masalah berbicara dengan orang lain.

Beberapa ahli percaya bahwa mutisme selektif pada anak-anak terkait erat dengan gangguan kecemasan sosial dini. Dengan demikian, gejala khas kecemasan sosial, seperti menghindari situasi sosial, dapat dianggap sebagai tanda gangguan komunikasi. Gejala yang terkait dengan kecemasan termasuk tingkat malu yang tidak normal dan ketakutan akan rasa malu di depan umum.

Psikolog lain berpendapat bahwa hal-hal adalah sebaliknya; mereka percaya bahwa mutisme selektif pada anak-anak adalah gejalanya, sementara kecemasan sosial adalah masalah yang mendasarinya. Studi telah mengungkapkan bahwa mutisme selektif cenderung disertai dengan masalah terkait kecemasan lainnya, seperti gangguan obsesif-kompulsif dan fobia sosial. Karena sifat yang tumpang tindih dari gangguan ini, tanda-tanda dari satu masalah dapat dianggap sebagai tanda yang lain. Kecenderungan untuk menghindari keramaian, misalnya, dianggap sebagai tanda yang sah dari fobia sosial atau mutisme selektif pada anak-anak.

Para peneliti telah menemukan bahwa, terlepas dari kesulitan dalam komunikasi, mungkin ada sisi positif dari mutisme selektif pada anak-anak, baik secara intelektual maupun emosional. Anak-anak dengan kebisuan selektif cenderung lebih ingin tahu dan tanggap terhadap dunia di sekitar mereka, menjadikan mereka pembelajar yang luar biasa. Anak-anak ini juga cenderung lebih introspektif daripada yang lain, menunjukkan kemampuan di atas rata-rata untuk mengidentifikasi perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Namun, para ahli menekankan bahwa hubungan ini adalah korelasional, bukan kausal — bisu selektif belum terbukti membuat anak lebih pintar, secara intelektual atau emosional.