Kwashiorkor adalah penyakit masa kanak-kanak yang ditandai dengan kekurangan gizi, yang berarti bahwa pasien yang menderita kondisi ini kekurangan nutrisi tertentu dalam makanan mereka. Meskipun penyakit ini biasanya dikaitkan dengan kekurangan protein, jenis kekurangan lain juga terdaftar sebagai faktor penyebabnya. Penyakit ini paling umum di daerah miskin di dunia, di mana kemiskinan, kelaparan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi berkontribusi pada diet yang tidak seimbang. Penyakit ini sangat langka di negara-negara kaya.
Istilah “kwashiorkor” berasal dari bahasa Ga, yang sebagian besar digunakan di wilayah tenggara negara Afrika Barat, Ghana. Dokter anak Jamaika Cicely D. Williams mengemukakan istilah itu ketika dia bekerja di Ghana antara tahun 1929 dan 1935, pada saat wilayah itu berada di bawah penjajahan Inggris dan dikenal sebagai Gold Coast. Mencoba memecahkan misteri anak-anak yang mengalami perut kembung, kaki bengkak, dan pigmentasi kulit lebih terang dari biasanya, Williams bertanya kepada seorang perawat Afrika apakah ada nama untuk kondisi seperti itu. Perawat menjawab bahwa itu disebut “kwashiorkor,” mengacu pada penyakit yang diderita anak yang lebih tua ketika saudara laki-laki atau perempuan baru datang. Menafsirkan istilah tersebut sebagai suatu kondisi yang terjadi ketika anak yang disapih tidak mendapatkan cukup makanan, Williams menerbitkan temuannya dalam artikel tahun 1935 yang membahas perawatan ibu dan anak.
Sebelum Williams tiba di Gold Coast, kwashiorkor salah didiagnosis sebagai pellagra. Ini adalah kondisi yang disebabkan oleh kekurangan vitamin niasin, yang juga dikenal sebagai vitamin B3. Pellagra berbagi gejala dengan kwashiorkor seperti diare, meskipun terutama ditandai dengan demensia dan peradangan kulit yang dikenal sebagai dermatitis. Gangguan ini juga dibedakan dari marasmus, yang merupakan penyakit kekurangan protein lainnya, di mana marasmus tidak memiliki edema dan asupan kalori yang cukup, meskipun juga disertai dengan kekurusan dan penipisan energi.
Sejak karya Williams, telah diterima di komunitas medis bahwa gangguan ini adalah hasil dari asupan protein yang rendah. Kurangnya zat gizi mikro seperti zat besi, yodium dan vitamin C, serta antioksidan seperti albumin, glutathione, asam lemak tak jenuh ganda dan vitamin E juga disebut-sebut sebagai penyebab. Diagnosis dilakukan dengan menjalankan tes kadar protein dan darah tertentu, dan pengobatan biasanya terdiri dari memberi anak makanan dengan jumlah yang cukup dari unsur-unsur tersebut di atas. Sayangnya, meski disembuhkan, anak penderita kwashiorkor tidak pernah bisa mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal.