Bagi kebanyakan orang, mimpi mengandung pesan yang bermakna, disengaja, dan aktual yang terkait dengan peristiwa kehidupan mereka. Ada juga sejumlah kisah tentang masalah ilmiah yang telah diselesaikan dan karya sastra yang telah dikembangkan sebagai hasil dari mimpi. Beberapa karya penelitian, bagaimanapun, menunjukkan bahwa mimpi adalah cerminan dari masalah yang dialami oleh si pemimpi dalam kehidupan nyata, dan terapi mimpi digunakan untuk memfasilitasi resolusi emosional dari masalah ini. Manfaat lain dari terapi mimpi termasuk persepsi kebutuhan, keinginan, dan keinginan sehari-hari seseorang, serta pemahaman imajinasinya.
Terjadinya mimpi saat tidur telah lama menjadi topik yang kontroversial. Orang Mesir kuno membahas dan menafsirkan mimpi, sementara orang Yunani kuno percaya bahwa itu adalah pesan dari para dewa. Sarjana Yunani seperti Hippocrates dan Aristoteles, bagaimanapun, percaya bahwa mimpi mengungkapkan informasi fisiologis tentang gangguan tubuh yang akan datang. Keyakinan ini akhirnya dilupakan karena kurangnya bukti ilmiah. Baru pada tahun 1900 ketika Sigmund Freud, penggagas psikoanalisis dan yang pertama melakukan analisis ilmiah terhadap pikiran bawah sadar manusia, memulai penelitian modern tentang mimpi.
Psikoanalisis terdiri dari penelitian ke dalam pikiran manusia, dan pengobatan gangguan emosional atau psikologis. Pikiran manusia terdiri dari bagian sadar yang disebut ego, bagian bawah sadar yang disebut id, dan hati nurani yang disebut superego. Ada batas yang kuat di antara ketiga bagian ini, memisahkan ego dari pikiran-pikiran yang mengganggu dalam id; batas, bagaimanapun, melemah selama tidur, memungkinkan pikiran mengganggu dari id untuk mencapai ego dan mendorong superego untuk melepaskan peringatan. Kegiatan ini mengakibatkan konflik dalam diri seseorang dan biasanya diwujudkan dalam mimpinya.
Manifestasi konflik dalam mimpi dapat mengakibatkan kecemasan dan depresi, karena ego mencoba untuk mempertahankan kontrol dengan memiliki “kesepakatan” dengan bagian lain yang dapat bermanifestasi sebagai hambatan yang dapat menyebabkan perilaku abnormal. Dalam psikoanalisis, kecemasan, depresi, dan perilaku abnormal merupakan gejala psikoneurotik. Untuk mengobati gejala ini, pasien harus mencari pengobatan psikoanalitik seperti terapi mimpi. Sementara analisis isi mimpi melibatkan deskripsi sederhana dan klasifikasi objek dalam mimpi, terapi mimpi menggabungkan interpretasi mendalam dari representasi simbolis dalam mimpi.
Selama terapi mimpi, pasien berbaring di sofa yang nyaman saat analis duduk di belakang. Posisi pasien dan analis memungkinkan pasien untuk berkonsentrasi pada pikirannya tanpa mendapat gangguan dari analis. Dengan instruksi dari analis, pasien diperbolehkan untuk mengatakan apapun tentang mimpinya ketika mencoba untuk mengingat kenangan menyakitkan atau keinginan yang tersembunyi. Analis kemudian akan menafsirkan mimpi dan mencoba membangun hubungan antara mimpi dan ingatan atau keinginan pasien.