Jari kaki kelima, juga dikenal sebagai jari kelingking, jari kelingking, atau jari kaki bayi, biasanya merupakan jari kaki terkecil di kaki manusia. Jari kaki ini ditemukan di tepi luar kaki, terjauh dari jempol kaki. Struktur jari kelingking termasuk tulang metatarsal kelima. Otot fleksor digiti minimi brevis dan abductor digiti minimi membantu jari kaki kelima bergerak dan berfungsi dengan baik. Ada sejumlah kondisi medis dan kelainan bentuk yang dapat menimpa jari kaki kelima, termasuk jagung, hammertoe, underlapping, dan overlapping. Pembedahan biasanya dapat memperbaiki masalah ini sampai tingkat tertentu.
Kondisi jari kaki kelima termasuk underlapping dan overlapping. Tumpang tindih dan tumpang tindih dari jari kelingking biasanya terjadi ketika jari kaki terselip di bawah, atau bertumpu di atas, jari keempat yang berdekatan. Kondisi ini diyakini turun temurun dan biasanya sudah ada sejak lahir. Tumpang tindih dan tumpang tindih dari jari kaki terkecil diyakini terjadi sama pada anak laki-laki dan perempuan, dan biasanya muncul pada kedua kaki.
Hammertoe adalah kondisi medis lain dari jari kaki terkecil. Kondisi ini biasanya terjadi ketika jari kaki menjadi terfiksasi secara permanen dalam posisi bengkok yang tidak normal. Ini biasanya disalahkan pada pemakaian sepatu hak tinggi atau sepatu yang tidak pas.
Beberapa masalah medis yang paling umum dari jari kaki kelima adalah jagung. Podiatris biasanya menempatkan jagung ke dalam dua kategori, lunak dan keras. Jagung keras biasanya menyerupai kapalan dan biasanya terbentuk di sisi jari kaki. Jika jagung keras terbentuk di bagian dalam jari kaki, itu bisa bergesekan dengan jari kaki yang berlawanan, berkontribusi pada pembentukan jagung lain di jari kaki itu, yang sering disebut ahli penyakit kaki sebagai “jagung berciuman.” Jagung lunak biasanya terbentuk di daging yang lembut dan berselaput di antara jari-jari kaki.
Para ilmuwan yang mempelajari evolusi sekarang menduga bahwa manusia berevolusi dengan jari kaki yang pendek, seperti jari kelingking, karena mereka dapat membantu kita berlari cepat untuk jarak jauh. Dari sudut pandang evolusi, para ilmuwan percaya, kemampuan berlari cepat memungkinkan manusia purba berburu mangsa yang lebih besar dan lebih cepat, terutama hewan ternak. Ini mungkin memungkinkan manusia purba untuk memenuhi persyaratan diet yang diperlukan untuk pertumbuhan otak besar. Beberapa ilmuwan evolusi percaya jika evolusi manusia dibiarkan berlanjut di jalurnya saat ini, jari kelima terkecil di kaki pada akhirnya akan hilang, karena tidak banyak gunanya dalam kehidupan manusia modern.