Apa Itu Yum Cha?

Yum cha adalah kuliner dan tradisi keluarga di China yang dikenal sebagai minuman teh. Kata yum cha diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “minum teh.” Tradisi dapat diritualisasikan, tetapi biasanya tidak terlalu formal. Yum cha biasanya dilakukan sambil menikmati dim sum. Hal ini terkait dengan para pelancong dari Jalur Sutra di zaman kuno.

Terjemahan harfiah dari yum cha ke dalam bahasa Inggris adalah sesuatu seperti “minum teh” atau “mencicipi teh.” Ini mengacu pada aktivitas yang mungkin atau mungkin tidak ritual, tergantung pada praktisi. Banyak keluarga Cina mendedikasikan Minggu pagi dan sore untuk minum teh dan biasanya menghabiskan waktu ini dengan teman dan keluarga.

Meskipun praktisi dapat minum teh sendiri, konsumsi teh yum cha hampir selalu disertai dengan dim sum, yang merupakan gaya makanan Kanton-Cina. Itu disiapkan dan disajikan di piring kecil, mangkuk, dan di keranjang kukusan. Makanan itu sendiri biasanya berukuran gigitan dan disajikan dalam porsi individu.

Bagi sebagian orang Tionghoa, aktivitas yum cha dan makan dim sum tidak dapat dipisahkan dan selalu dilakukan secara bersamaan. Menu dim sum sangat beragam dan biasanya mencakup berbagai bentuk pangsit, roti kukus, dan hidangan kecil lainnya seperti roti gulung, kue, dan piring nasi. Pangsit dan bau bisa mengandung hampir semua jenis bahan.

Yum cha diperkirakan ada sebelum dim sum dan diyakini berasal dari sepanjang Jalur Sutra di Tiongkok kuno. Petani dan pelancong akan kelelahan setelah seharian bekerja keras dan akan mencari tempat untuk bersantai. Rumah teh didirikan di sepanjang jalan untuk menampung mereka. Meskipun, pada awalnya, pemilik kedai teh skeptis tentang menggabungkan makanan dengan minuman tradisional, setelah efek positifnya pada pencernaan ditemukan, pemilik mulai menyajikan makanan ringan dan makanan kecil bersama teh.

Ada kebiasaan dan etika khusus yang diperhatikan selama minum teh. Misalnya, seseorang tidak boleh menuangkan tehnya terlebih dahulu dan harus berusaha menuangkan teh untuk orang lain yang duduk di meja. Orang pertama yang menuangkan teh biasanya mengucapkan terima kasih secara diam-diam dengan kowtow jari di mana peminumnya dengan ringan mengetuk atau meletakkan dua atau tiga jari dari tangan yang sama di atas meja.

Praktik ini dijelaskan dalam cerita rakyat Tiongkok tentang kaisar Qianlong. Menurut kisah ini, kaisar, ketika bepergian ke Cina Selatan dengan penyamaran dengan beberapa temannya, mengunjungi sebuah rumah teh di jalan. Untuk menjaga identitasnya agar tidak terungkap kepada orang lain, ia menuangkan teh untuk sesama pelancong. Para sahabat tergerak tetapi tidak dapat mengembalikan kehormatan besar yang baru saja diberikan kaisar kepada mereka. Untuk menunjukkan penghargaan mereka, para sahabat sedikit menundukkan kepala dan menciptakan jari bersujud.