Apa itu Yara?

Sebuah yarara, secara ilmiah bernama Bothrops jararaca, adalah spesies ular berbisa berukuran sedang. Yarara dewasa cukup ramping dan berukuran sekitar 32-63 inci (80-160 cm), dengan betina biasanya agak lebih panjang daripada jantan. Secara penampilan, masing-masing ular dari spesies ini dapat berbeda secara signifikan satu sama lain karena variasi warna kulit yang dimiliki ular ini. Warna kulit datang dalam nuansa zaitun, merah marun, kuning, cokelat, coklat atau abu-abu. Yarara memang memiliki karakteristik fisik tertentu, seperti bintik-bintik gelap yang datang dalam berbagai bentuk dan ukuran di punggung mereka dan garis-garis coklat tua di kepala yang membentang dari mulut ke belakang mata.

Secara geografis, yarara memiliki distribusi yang terbatas. Ular ini hanya ditemukan di wilayah tenggara Amerika Selatan, kira-kira dari Argentina utara, melalui Paraguay hingga Brasil selatan. Yararas juga ditemukan di beberapa pulau yang berjarak sekitar 20 mil (35 km) di lepas pantai Brasil. Yarara dianggap sebagai ular paling berbisa di daerah yang didiaminya. Itu melimpah, dan banyak daerah yang dihuninya berpenduduk padat, sehingga merupakan penyebab utama gigitan ular di wilayah tersebut.

Untuk habitat, yarara lebih suka tinggal di daerah terbuka di mana tutupan vegetasi dekat. Paling sering, ditemukan pada ketinggian rendah hingga sedang dari sekitar permukaan laut hingga sekitar 3,280 kaki (1,000 m). Dalam jangkauannya, yarara telah beradaptasi dengan berbagai habitat dan ditemukan tidak hanya di daerah terbuka tetapi juga di kota-kota besar, ladang budidaya, semak belukar dan berbagai jenis hutan.

Makanan ular ini berubah saat dewasa. Saat baru lahir, yarara biasanya memangsa katak, tetapi juga memakan serangga seperti kelabang, kadal, burung, dan beberapa hewan pengerat kecil. Namun, ular dewasa dari spesies ini mendapatkan lebih dari 80 persen makanannya dari hewan pengerat. Yarara berburu di malam hari dan menggigit mangsanya untuk menyuntikkan racun sebelum memakannya.

Musim kawin berakhir pada bulan Februari dan Maret ketika kelahiran terjadi. Telurnya tidak diletakkan di sarang tetapi tumbuh di dalam induknya, di mana mereka juga menetas sehingga bayi benar-benar lahir hidup. Para ilmuwan memperkirakan bahwa ukuran tandu bervariasi dari sekitar lima hingga 22 ekor. Ujung ekor bayi yang baru lahir berwarna putih atau kekuningan. Saat pola makan bayi yang baru lahir berubah menjadi mengkonsumsi hewan berdarah panas, ujung ekornya menjadi gelap dan mengambil warna bagian tubuh lainnya.