Toksisitas etanol akut — juga dikenal sebagai keracunan alkohol, keracunan alkohol, atau keracunan etanol — adalah akibat dari konsumsi etil alkohol yang berlebihan di luar kemampuan tubuh untuk memetabolismenya. Alkohol mulai diserap segera setelah dicerna, dimulai di mulut dan berlanjut melalui kerongkongan, lambung dan usus kecil untuk mencapai penyerapan dan konsentrasi hampir penuh dalam aliran darah dalam waktu 15 sampai 30 menit. Sebagaimana diketahui secara luas oleh masyarakat umum, metabolisme etil alkohol berlangsung terutama di hati. Ketika tingkat konsumsi alkohol melampaui kemampuan hati untuk memetabolismenya, konsentrasi alkohol dalam darah meningkat dan seseorang menjadi mabuk atau mabuk. Dari sudut pandang medis dan fisiologis, toksisitas etanol dimulai dengan keracunan.
Ketika alkohol mencapai aliran darah, alkohol dengan mudah melewati sawar darah-otak, membajak sistem asam gamma-amino butirat (GABA) otak dan menghasilkan perasaan relaksasi yang menyenangkan dan euforia ringan. Dengan satu atau dua minuman lagi, peningkatan lebih lanjut dalam konsentrasi alkohol dalam darah mengurangi hambatan perilaku individu yang biasa dan merusak penilaian kognitif tentang apa yang merupakan dan tidak merupakan perilaku yang masuk akal. Perubahan perilaku ini terjadi akibat peningkatan kadar alkohol dalam darah di luar kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme dan merupakan gejala keracunan alkohol fisiologis. Salah satu hambatan perilaku yang biasa diatasi pada saat ini adalah apakah akan terus minum atau tidak.
Kurangnya koordinasi fisik, bicara tidak jelas, dan kesulitan menyeimbangkan adalah gejala tambahan keracunan alkohol. Pada titik ini, sifat sedatif dari etil alkohol akan berkembang dari perasaan rileks menjadi kantuk yang hebat dan akhirnya, kehilangan kesadaran. Sedasi lanjutan — dari minuman yang tertelan antara keracunan etanol fisiologis dan keracunan hingga hilangnya kesadaran — mengakibatkan depresi pada kontrol dan fungsi pernapasan otak. Laju pernapasan orang yang mabuk akan melambat dan menjadi tidak teratur. Sayangnya, depresi pernapasan terkadang berkembang menjadi penghentian total pernapasan dan kematian berikutnya.
Ketika orang yang mabuk dalam beberapa tahap keracunan alkohol akut berhenti minum, hati akhirnya mengejar simpanan metabolisme etil alkoholnya. Saat aliran darah perlahan dibersihkan dari etanol, tubuh ditinggalkan dengan banyak asetaldehida, senyawa di tengah antara metabolisme etil alkohol menjadi air dan karbon dioksida. Asetaldehida dianggap sebagai salah satu penyebab utama gejala lain dari keracunan etanol baru-baru ini: mabuk. Alasan lain untuk gejala mabuk adalah dehidrasi akibat keracunan alkohol.