Apa itu Terapi Kejut?

Terapi kejut, juga dikenal sebagai terapi kejut listrik, terapi kejang listrik (ECT), atau terapi kejut listrik, adalah jenis terapi kontroversial yang diberikan kepada pasien yang menderita kondisi mental yang seringkali tidak dapat diobati. Ini terdiri dari serangkaian sengatan listrik ke tubuh. Lebih khusus lagi, elektroda ditempelkan ke tubuh, seringkali di kepala, dan ketika pulsa listrik dikirim ke pasien melalui kabel, kejang atau serangkaian kejang diinduksi. Individu yang menjalani ECT sering menerima enam hingga 15 sesi arus listrik ke otak dalam serangkaian perawatan. Tergantung pada individu, beberapa rangkaian sesi terapi kejut listrik dapat ditentukan.

Terapi kejut konon pertama kali diterapkan pada zaman dahulu. Berabad-abad yang lalu, belut digunakan untuk mengejutkan orang dengan sengaja untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan termasuk sakit kepala dan masalah mental lainnya.

Pada pertengahan hingga akhir 1930-an, dua psikiater Italia, Ugo Cerletti dan Lucio Bini, membawa ECT ke dalam praktik yang lebih umum. Mereka pertama kali bereksperimen dengannya pada hewan. Sudah menjadi teori yang tersebar luas bahwa Cerletti menyaksikan babi disetrum sebelum menjalani pembantaian untuk menenangkan mereka. Dari situ, Cerletti percaya bahwa metode serupa bisa diterapkan pada manusia yang menderita penyakit mental. Dari sana, bentuk terapi diperkenalkan sebagai bentuk pengobatan, dan selama tahun 1940-an dan 1950-an, digunakan lebih teratur daripada sekarang.

Saat ini, terapi kejut digunakan di Amerika Serikat dan di berbagai negara di dunia untuk mengobati depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan varian penyakit mental lainnya. Biasanya, ini digunakan hanya setelah terapi alternatif dan obat-obatan tidak memberikan kelegaan bagi pasien. Penggunaan kejut listrik, meskipun legal di AS, diatur secara ketat dan menuai kontroversi. Penggunaannya telah berkurang sejak tahun 1960-an.

Sejumlah efek samping terkait dengan penggunaan jenis terapi ini. Beberapa dari efek samping ini berkisar dari sakit kepala ringan dan nyeri tubuh hingga kehilangan memori dan kerusakan otak. Efek samping yang paling umum adalah kehilangan memori. Terlepas dari kontroversi, ECT telah diketahui menghasilkan efek yang dapat diukur pada orang-orang yang bentuk terapinya kurang invasif atau kurang kontroversial terbukti tidak efektif.