Apa itu Sungai Nil?

Sungai Nil adalah sungai yang berkelok-kelok melintasi sudut Timur Laut Afrika, menghantam Sudan, Burundi, Rwanda, Ethiopia, Kongo, Kenya, dan Mesir, di antara lokasi lainnya. Sungai ini mungkin salah satu yang paling terkenal di dunia, berkat ribuan tahun peradaban yang telah ada di tepiannya. Sungai Nil juga diyakini sebagai sungai terpanjang di dunia, meskipun Sungai Amazon mungkin membuat Sungai Nil mengalir deras, ketika semua anak sungai dan hulu dihitung.

Sungai ini mengaliri sekitar 10% Afrika, melalui berbagai anak sungai yang membentuk dua batang utama, Nil Biru dan Nil Putih. Di Sudan, cabang-cabang ini bertemu, membentuk Sungai Nil utama, yang mengalir melalui delta di garis pantai Mediterania. Sungai Nil dan anak-anak sungainya begitu besar sehingga dapat dilihat dengan jelas pada citra satelit dan dari luar angkasa, dan banyak citra Nil yang mencolok telah diambil oleh para astronot dan satelit.

Banyak orang mengasosiasikan Sungai Nil dengan peradaban dan budaya Mesir, karena sungai telah menjadi pusat kehidupan di Mesir setidaknya sejak 4,000 SM. Orang Mesir menggunakan Sungai Nil sebagai sumber irigasi untuk tanaman, memancing makanan di sungai, dan menggunakannya sebagai jalan raya untuk berdagang perahu, dan mereka mengenal sungai itu sebagai Iteru, “Sungai Besar”. Ketika orang Yunani tiba, Nil memperoleh namanya saat ini, yang berasal dari kata Yunani neilos, atau ”lembah sungai”.

Selain penting bagi orang Mesir, Sungai Nil juga secara historis penting bagi negara-negara lain yang dilaluinya. Saat mengalir melalui sudut Timur Afrika, ia mengairi tanaman, menyediakan air untuk diminum hewan, melindungi ikan, dan menyediakan rute perdagangan bagi orang untuk bernavigasi. Seperti banyak sungai lain yang banyak dimanfaatkan, Sungai Nil menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa ilmuwan, yang khawatir akan rusak karena eksploitasi berlebihan. Sungai Nil juga berisiko terkena polusi seperti limpasan pestisida dari tanaman.

Sampai tahun 1970, naik turunnya musiman Sungai Nil merupakan bagian penting dari budaya Mesir. Banjir tahunan menyuburkan dan mengairi tanaman, dan sebagian besar orang Mesir tinggal di dekat tepiannya untuk memanfaatkan pasokan air yang cukup. Banyak artefak budaya Mesir dekat dengan tepi sungai Nil, mencerminkan hubungan kuno dengan sungai. Namun, pada tahun 1970, wajah Sungai Nil di Mesir berubah secara radikal, dengan orang Mesir menggunakan bendungan Aswan untuk mengendalikan banjir dan menghasilkan listrik. Beberapa orang berpendapat bahwa bendungan itu menyebabkan kerusakan budaya dan ekologi yang tidak dapat diperbaiki, dan mereka gagal melobi agar bendungan itu dibongkar.