Apa itu Stereotip?

Stereotip adalah jenis gerakan yang dilakukan seseorang berulang-ulang tanpa alasan yang jelas. Anak-anak muda yang sehat sering menunjukkan stereotip seperti menggoyangkan jari tetapi mereka cenderung tumbuh darinya. Stereotip umum pada orang dewasa yang tidak selalu menunjukkan penyebab medis yang mendasari termasuk menggertakkan gigi, mencabut rambut, dan menggigit kuku. Namun, kondisi medis yang dapat menyebabkan perilaku berulang berkisar dari autisme hingga skizofrenia. Meskipun alasan pasti dari perilaku tersebut tidak diketahui, masalah dengan otak dan transmisi saraf adalah satu penjelasan, dan masalah psikologis lainnya.

Berbagai bentuk stereotip ada dan dokter dapat memisahkannya ke dalam kategori yang berbeda. Stereotip umum adalah yang sering terjadi pada populasi normal, dan masyarakat umumnya memberi label “kebiasaan”. Anak-anak kecil cenderung mengayunkan tubuh mereka dan mengisap jempol mereka. Anak-anak yang lebih besar mungkin menggigit kuku mereka secara obsesif, atau bermain-main dengan rambut mereka. Orang dewasa juga dapat memiliki stereotip umum, seperti memutar-mutar rambut, mengayunkan tubuh, atau mengetuk-ngetukkan jari pada permukaan.

Stereotip motorik kompleks adalah kelompok lain dari gerakan berulang, dan menggambarkan gerakan yang melibatkan anggota badan. Paling sering, itu adalah tangan dan lengan yang menciptakan gerakan yang tidak memiliki tujuan yang berguna. Contoh stereotip motorik kompleks termasuk melambaikan tangan, menggoyangkan jari atau melenturkan pergelangan tangan.

Anak-anak yang normal dan sehat dapat menampilkan stereotip kompleks, dan dalam kasus ini, dokter menyebut gerakan tersebut sebagai stereotip motorik kompleks primer. Anak-anak yang memiliki kondisi seperti autisme dan Sindrom Tourette juga cenderung membuat gerakan motorik yang kompleks, tetapi karena ini tampaknya disebabkan oleh kondisi tersebut, dokter menyebut gerakan tersebut sebagai stereotip sekunder. Terkadang stereotip sekunder dapat mengakibatkan cedera pada anak, seperti membenturkan kepala atau mencabut banyak rambut.

Ketika seorang anak menganggukkan kepalanya berulang-ulang, ini termasuk dalam kelas stereotip yang berbeda. Mengangguk kepala bisa berupa gelengan kepala dari satu sisi ke sisi lain, gerakan ke bawah dan ke atas, atau gerakan mengangkat bahu. Meskipun anak-anak yang berkembang normal mungkin menunjukkan tanda-tanda perilaku ini, itu mungkin juga merupakan tanda masalah perkembangan.

Tics mirip dengan stereotip, tetapi sentakan otot yang menjadi ciri tics biasanya didahului oleh dorongan mental, sedangkan stereotip tidak. Orang yang memiliki Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) juga dapat mengekspresikan gerakan yang tidak biasa, tetapi ini bukan stereotip, melainkan ekspresi kegelisahan. Beberapa orang yang memiliki gangguan terkait kecemasan juga dapat melakukan gerakan berulang, tetapi ini adalah mekanisme kontrol untuk mengurangi kekhawatiran dan ketakutan, bukan stereotip.

Karena otaklah yang mengontrol gerakan, para ilmuwan berpikir bahwa masalah fisik di otak, atau masalah psikologis adalah penyebab stereotip yang signifikan secara medis. Biasanya anak-anak yang sedang berkembang juga dapat menerima kenyamanan dari stereotip, seperti mengisap jempol. Pelepasan frustrasi bisa menjadi penyebab kepala terbentur, dan menggertakkan gigi merupakan ekspresi kekhawatiran. Hewan juga dapat menderita stereotip, seperti menarik rambut atau mondar-mandir ke belakang dan ke depan, terutama jika mereka berada di lingkungan yang membosankan.