Apa itu Spinster?

Perawan tua adalah wanita yang belum menikah. Kata tersebut biasanya digunakan secara khusus untuk menggambarkan wanita yang telah melewati usia pernikahan konvensional tanpa menikah; di negara di mana wanita menikah pada usia 25, misalnya, seorang wanita berusia 20 tahun akan digambarkan sebagai “lajang”, bukan perawan tua. Perawan tua diasosiasikan dengan ciri-ciri khusus di banyak wilayah di dunia; mereka sering digambarkan sebagai orang yang tertekan, hidup dalam situasi yang menindas, atau sangat religius. Sampai pertengahan abad kedua puluh, istilah itu sebenarnya digunakan dalam dokumen hukum seperti surat nikah, menunjukkan betapa meresapnya cita-cita pernikahan bagi banyak orang.

Secara harfiah, perawan tua adalah “pembuat benang”, dan istilah ini telah digunakan untuk menyebut pemintal dan pekerja serat lainnya setidaknya sejak abad ke-14. Secara klasik, wanita telah bekerja di seni serat, dan pemintalan sering dilakukan oleh wanita yang belum menikah, yang terkadang memiliki lebih banyak waktu. Pada abad ke-17, pemintalan adalah pekerjaan yang umum dan dapat diterima bagi wanita yang ingin menghidupi diri sendiri, karena bekerja di luar rumah bukanlah hal yang biasa bagi seorang wanita lajang yang tidak terlibat dalam perdagangan seks selama periode ini. Mencerminkan hal ini, istilah “perawan tua” mulai dikaitkan secara khusus dengan wanita tua yang belum menikah pada pertengahan 1600-an.

Secara historis, menjadi perawan tua dipandang sebagai sumber rasa malu dan tanda kekurangan di beberapa wilayah di dunia. Banyak orang saat ini terus berharap untuk menikah pada suatu saat selama hidup mereka, meskipun mereka mungkin tidak menanggung tekanan sosial yang sama seperti yang dialami wanita di abad yang lalu. Banyak orang berpikir bahwa untuk menjadi perawan tua, seseorang harus sangat pilih-pilih tentang calon pasangan atau tidak menikah dalam beberapa hal. Perawan tua juga disebut “perawan tua,” mengacu pada usia mereka dan dianggap masih perawan atau perawan.

Secara historis, ada banyak alasan untuk menjadi perawan tua, sama seperti ada alasan untuk tetap melajang hari ini. Beberapa perempuan, misalnya, memilih untuk tidak menikah agar bisa membantu merawat orang tua yang cacat atau kerabat lainnya. Para suster mungkin memilih untuk terus hidup bersama karena mereka lebih menikmati kebersamaan mereka daripada calon suami, yang mengarah pada citra abadi bibi perawan tua. Wanita lain sama sekali tidak tertarik pada pernikahan, sementara beberapa sayangnya mungkin ingin menikah, tetapi terhalang oleh keadaan.