Apa itu Serangan Mendahulukan?

Serangan pendahuluan adalah tindakan militer yang dirancang untuk menetralisir potensi ancaman, atau untuk mendapatkan keuntungan khusus melawan musuh. Legalitas serangan preemptive dipertanyakan, karena mereka umumnya dianggap tindakan ofensif kecuali dalam keadaan yang sangat spesifik. Misalnya, serangan pendahuluan terhadap pasukan yang berkumpul di dekat perbatasan suatu negara mungkin dianggap dibenarkan, sementara serangan udara acak pada musuh yang diketahui mungkin tidak dapat diterima secara hukum. Terlepas dari perdebatan tentang legalitas tindakan semacam itu, banyak negara sepanjang sejarah telah menggunakan serangan pendahuluan sebagai alat militer.

Ketika pemogokan preemptive dipertimbangkan, beberapa hal biasanya dimasukkan ke dalam keputusan. Yang pertama adalah pemeriksaan yang cermat terhadap sifat ancaman, dengan ancaman nyata seperti penumpukan pasukan atau peledakan perangkat nuklir yang dianggap sebagai pembenaran untuk serangan pendahuluan. Analis juga memikirkan kemungkinan serangan yang diantisipasi dari musuh, dengan mempertimbangkan hal-hal seperti pengumuman publik, informasi intelijen, dan aktivitas sejarah oleh musuh.

Secara umum, pemerintah juga didorong untuk mempertimbangkan alternatif sebelum beralih ke pemogokan pendahuluan. Saat mempertimbangkan keputusan untuk melakukan pemogokan seperti itu, pejabat pemerintah melihat opsi lain seperti diplomasi, sanksi, dan alat lainnya. Idealnya, tindakan agresif hanya boleh dilakukan jika semua opsi lain telah habis. Akhirnya, analis dapat mempertimbangkan pembenaran hukum dan etika untuk pemogokan semacam itu, untuk melihat apakah itu sesuai dengan ketentuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Bagi negara yang menyerang, serangan pendahuluan dapat menjadi alat militer yang kuat, terutama jika dilakukan dengan baik. Negara lawan dapat menjadi tidak seimbang dan dikejutkan oleh serangan tersebut, sehingga memberikan keunggulan bagi negara yang menyerang. Tujuannya adalah untuk mencegah aksi militer lebih lanjut dengan unjuk kekuatan, tetapi serangan pendahuluan juga dapat melemahkan kemampuan militer musuh, yang dapat menjadi keuntungan dalam perang atau aksi militer yang berkepanjangan. Serangan pendahuluan juga membutuhkan personel militer yang jauh lebih sedikit daripada serangan atau invasi konvensional.

Beberapa pemerintah lebih memilih serangan pencegahan daripada deklarasi perang yang sebenarnya, karena deklarasi ini mungkin memerlukan partisipasi legislatif, yang membutuhkan waktu. Pemogokan pendahuluan dapat disahkan oleh kepala negara dan dilakukan dengan cepat, yang menciptakan unsur kejutan dan meminimalkan debat publik mengenai masalah tersebut. Namun, legislatif dan warga negara dapat meminta pertanggungjawaban pemerintah mereka atas serangan semacam itu, dan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa juga dapat diharapkan untuk membenarkan serangan pendahuluan mereka di forum internasional.