Protagonis yang tragis adalah karakter yang ditakdirkan untuk akhir yang tidak bahagia. Mereka adalah karakter utama dari drama, novel, film atau musik dan kadang-kadang dikenal sebagai pahlawan tragis. Kisah-kisah di mana mereka muncul disebut tragedi dan, dalam pengertian drama Yunani klasik, kebalikan dari komedi karena protagonis yang tragis tidak memiliki akhir yang baik. Contohnya termasuk Hamlet, Orestes dan Romeo and Juliet.
Protagonis adalah tokoh yang menjadi bagian utama dari sebuah cerita. Plot utama cerita berputar di sekitar karakter ini dan dia memiliki efek terbesar pada hasil cerita. Protagonis tersapu dalam peristiwa yang tidak dapat mereka kendalikan atau berkontribusi langsung pada nasib mereka. Protagonis adalah karakter utama dalam cerita apa pun mulai dari novel hingga komik atau dari drama Shakespeare hingga opera. Lawan utama dari protagonis adalah antagonis; peran yang terakhir adalah untuk menciptakan hambatan bagi protagonis.
Pemikir Yunani seperti Aristoteles percaya bahwa hanya ada dua jenis cerita: komedi dan tragedi. Komedinya berakhir bahagia dan tragedinya menyedihkan. Memutuskan apakah sebuah cerita adalah satu atau yang lain tergantung pada hasil protagonis dan tidak semua orang digabungkan. Ini mungkin menjelaskan mengapa istilah tragedi digunakan, karena itu berarti “lagu kambing” dalam bahasa Yunani Kuno, dan hasilnya untuk kambing jarang bagus.
Hasil akhir untuk protagonis yang tragis tidak harus mengganggu seperti kambing. Namun, sering demikian. Kematian adalah tragedi pamungkas di samping hilangnya status, kekayaan, kebebasan, dan martabat. Seorang protagonis yang tragis juga bisa menjadi tragis karena menyia-nyiakan bakat dan sumber dayanya atau karena meninggalkan perasaan tentang apa yang mungkin terjadi jika dia telah mencapai potensinya. Bagi Aristoteles, protagonis tragis dan tragedinya harus disajikan sebagai drama atau sandiwara dan bukan sebagai narasi seperti yang ditemukan dalam novel.
Aristoteles mendaftar empat karakteristik Yunani untuk protagonis tragis: bangsawan, hamartia, peripetia dan anagnorisis. Pertama, seorang karakter harus memiliki sejumlah bangsawan dan kebijaksanaan, meskipun ini tidak menyelamatkannya. Kedua adalah hamartia, cacat atau kesalahan tragis dalam karakter yang menyebabkan kejatuhannya. Ketiga adalah peripetia, pembalikan keberuntungan yang dibawa oleh hamartia. Keempat, anagnorisis, penemuan atau pencerahan tentang nasib seseorang dan peran kekurangan protagonis itu sendiri.
Contoh kunci dari protagonis tragis dapat ditemukan dalam karya dramatis klasik dan abad pertengahan. Ini termasuk karya-karya William Shakespeare seperti dengan “Hamlet” dan “Othello.” Contoh juga ditemukan di “Oresteia” Aeschylus dan “Antigon” Sophocles.