Apa itu Minyak Canola?

Minyak canola umumnya berasal dari minyak lobak dari tanaman yang dibiakkan secara khusus dengan asam erusat rendah, yang dilaporkan memberikan rasa yang tidak enak pada minyak dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Bisa juga merupakan turunan dari benih yang dihasilkan dari persilangan beberapa jenis rapeseed. Ini dikembangkan pada pertengahan 1970-an di Kanada dan mendapatkan namanya dari istilah minyak Kanada, asam rendah — menggunakan huruf kaleng dari Kanada, o dari minyak, l dari rendah dan a dari asam untuk membentuk kata canola.

Dianggap oleh banyak orang sebagai yang paling sehat dari semua minyak goreng populer, minyak canola sering dikreditkan dengan mengurangi risiko penyakit jantung koroner pada manusia. Ini didasarkan pada kandungan lemak tak jenuh tunggal yang tinggi dan persentase lemak jenuh yang rendah. Minyak canola juga kaya akan asam lemak omega-3, yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Benih canola dulunya hanya ditanam di Kanada, yang masih menghasilkan sekitar setengah dari tanaman benih canola Amerika Utara. Amerika Serikat kini menanam separuh dari tujuh hingga 10 ton (6,350 hingga 9,072 kg) benih kanola yang diproduksi setiap tahun. Pakistan, Meksiko, Jepang dan Cina adalah konsumen utama biji kanola. Amerika Serikat memimpin dunia dalam konsumsi minyak canola dan makanan canola.

Minyak rapeseed asli digunakan berabad-abad yang lalu untuk membakar lampu di Eropa dan Asia. Selama bertahun-tahun, sejumlah kecil orang mulai menggunakannya dalam persiapan makanan. Ketika tenaga uap dikembangkan, minyak rapeseed ditemukan sebagai pelumas mesin yang sempurna yang menempel pada permukaan logam lembab lebih baik daripada minyak lain yang tersedia. Minyak menjadi lebih populer selama Perang Dunia II sebagai pelumas untuk mesin uap kapal militer. Ketika embargo perang membatasi impornya dari Eropa dan Asia, Kanada meningkatkan produksi rapeseed untuk memenuhi kebutuhan militer.

Upaya untuk memasarkan versi halus minyak rapeseed untuk memasak dilakukan pada pertengahan 1950-an, tetapi sebagian besar konsumen menganggap warna kehijauan dan rasanya yang tidak enak tidak diinginkan. Pengujian pada hewan menunjukkan minyak itu mungkin berbahaya bagi hati dan jantung manusia. Pada tahun 1968, versi asam yang lebih rendah dari rapeseed dikembangkan. Ini adalah pendahulu minyak canola yang pertama kali dipasarkan untuk memasak pada tahun 1974.

Biji dan minyak canola terus disempurnakan untuk meningkatkan manfaat kesehatannya. Pada tahun 1998, strain baru dikembangkan yang dianggap sebagai varietas yang paling tahan terhadap penyakit dan kekeringan. Perbaikan dan perkembangan produksi kanola ini terutama dikaitkan dengan rekayasa genetika.