Metrik manajemen kinerja adalah statistik yang dirancang untuk mengukur aspek tertentu dari kinerja organisasi sehingga manajemen dapat memantau, mengontrol, dan mengambil tindakan korektif dengan lebih baik. Mantra dasarnya adalah Anda tidak dapat mengatur apa yang tidak Anda ukur. Perangkat lunak manajemen kinerja bisnis tersedia secara luas untuk membantu tugas pengukuran rutin. Secara historis, metrik kinerja berfokus pada kepentingan pemilik, dan karenanya kinerja keuangan organisasi. Selama dua dekade terakhir, fokus sempit itu telah meluas hingga mencakup metrik non-keuangan.
Kinerja keuangan dilacak menggunakan serangkaian item baris individual yang dilaporkan dalam tiga laporan keuangan utama — laporan laba rugi, neraca, dan arus kas. Item baris ini termasuk penjualan, harga pokok penjualan, beban pajak, laba setelah pajak, total aset, belanja modal, dan arus kas dari operasi. Item baris keuangan digunakan untuk menghitung sejumlah rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan adalah topik standar yang tercakup dalam banyak program sarjana akuntansi dan manajemen serta teknik inti untuk analisis investasi. Area utama yang dicakup oleh rasio keuangan meliputi profitabilitas penjualan, efisiensi biaya, kekuatan arus kas, struktur modal yang digunakan, dan profitabilitas modal tersebut. Selain manajemen, audiens utama metrik ini adalah pemegang saham, pemilik perusahaan.
Dalam perusahaan sektor swasta yang secara nominal berfokus pada maksimalisasi keuntungan, tujuan akhir dari metrik keuangan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan karenanya kekayaan pemegang saham. Tujuan ini, pada gilirannya, pada akhirnya tergantung pada dua metrik utama: ukuran basis modal perusahaan dan tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan dari modal tersebut. Rasio keuangan yang banyak dan beragam semuanya membantu dalam memahami dua pendorong nilai utama ini.
Selama tahun 1980-an, para pemimpin organisasi menyatakan minatnya untuk memiliki metrik manajemen kinerja yang tersedia yang melampaui keuangan, dan yang ditujukan kepada semua pemangku kepentingan. Karyawan, pelanggan, dan masyarakat mulai menyerukan peningkatan transparansi ke dalam organisasi. Hal ini diyakini akan memungkinkan mereka untuk menilai lebih baik bagaimana organisasi mempengaruhi mereka, baik secara individu maupun kolektif, melalui dampak pada aset masyarakat dan lingkungan.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan itu, balanced scorecard dikembangkan sebagai alat manajemen kinerja selama awal 1990-an oleh Drs. Robert Kaplan dan David Norton. Selain kinerja keuangan, metrik balanced scorecard mencakup tiga tema besar lainnya: pelanggan, proses bisnis, ditambah pembelajaran dan pertumbuhan. Ini adalah kerangka kerja komprehensif yang bertujuan membantu organisasi untuk meneliti kinerja, menyelaraskan kegiatan dengan visi dan strategi, dan, yang penting, meningkatkan komunikasi dengan semua pemangku kepentingan. Sesuai dengan namanya, balanced scorecard menyediakan seperangkat metrik manajemen kinerja yang lebih seimbang.
Metrik manajemen kinerja digunakan oleh organisasi di semua sektor ekonomi — swasta, pemerintah, dan nirlaba. Mengingat bahwa visi dan tujuan organisasi sangat bervariasi di seluruh sektor ini, demikian juga metrik manajemen kinerja yang mereka pilih. Pemilihan metrik yang tepat selalu melibatkan empat langkah dasar: mengidentifikasi masalah penting yang layak diukur, mengembangkan metrik yang relevan, menetapkan target yang sesuai, dan memantau dan mengelola kinerja menuju target.