Marasmus merupakan salah satu jenis malnutrisi yang paling sering terjadi pada bayi di bawah usia satu tahun di negara berkembang. Ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak memadai, terutama protein, atau ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi dengan baik. Kondisi ini bisa sangat serius, jika dibiarkan terus-menerus akan melewati point of no return, sehingga tidak memungkinkan untuk mengobati pasien karena tubuhnya tidak mampu menyerap nutrisi karena kerusakan fisik akibat kekurangan gizi.
Jenis malnutrisi ini termasuk dalam kelompok kondisi yang secara kolektif dikenal sebagai malnutrisi energi protein atau KEP. Kondisi ini termasuk cachexia dan kwashiorkor. Bersama-sama, kondisi KEP menyumbang sekitar 50% dari kematian anak balita di negara berkembang. Salah satu gejala marasmus yang paling jelas adalah pengecilan tubuh, mengakibatkan tulang menonjol dan penurunan jumlah lemak tubuh. Pasien biasanya lelah, karena tubuh mereka mencoba untuk menghemat energi, dan mudah tersinggung serta kelaparan yang ekstrim adalah hal biasa.
Saat kondisi berlanjut, lipatan kulit dapat berkembang, bersama dengan kulit kering, rambut rontok, dan edema atau pembengkakan. Orang dengan marasmus juga biasanya menderita dehidrasi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Perawatan melibatkan pengenalan kembali nutrisi dan cairan seimbang, bersama dengan perawatan untuk infeksi yang mendasarinya dan kondisi lain yang dapat memperumit kondisi tersebut. Marasmus kronis dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang bagi pasien yang dapat mencakup kondisi jantung dan metabolisme yang tidak teratur.
Salah satu penyebab maramus yang paling umum adalah transisi dari menyusui ke menyusui bayi dengan susu formula dan makanan lain. Wanita mungkin berhenti menyusui karena berbagai alasan, mulai dari tekanan sosial hingga ketidakmampuan memproduksi ASI, dan mereka sering kesulitan mendapatkan nutrisi seimbang untuk anak-anak mereka. Infeksi akut dan kronis juga dapat menyebabkan kondisi tersebut, terutama pada kasus anak-anak yang sudah rentan karena kekurangan gizi ambang.
Banyak organisasi bantuan bekerja untuk mengatasi marasmus di negara berkembang dengan menciptakan dan mempertahankan pasokan makanan yang stabil, dan mengidentifikasi kasus lebih awal sehingga mereka dapat menerima perawatan. Edukasi orang tua khususnya ibu juga telah dilakukan untuk mencegah terjadinya marasmus. Namun, kemiskinan, ketidakstabilan sosial, dan gejolak politik dapat menjadi masalah yang sulit untuk diatasi oleh para ibu, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan anak-anak mereka bahkan ketika mereka menyadari konsekuensi dari kekurangan gizi.