Malnutrisi protein-kalori ditandai dengan asupan protein yang tidak memadai. Akibat dari kondisi ini, antara lain, penurunan berat badan dan penurunan kekebalan yang berbahaya. Juga dikenal hanya sebagai malnutrisi, malnutrisi protein-kalori paling sering ditemukan di negara-negara dunia ketiga di mana makanannya sebagian besar terdiri dari makanan bertepung dan sayuran, tetapi di mana tidak ada cukup makanan hewani atau produk sampingannya. Malnutrisi kalori-protein diketahui muncul dalam dua bentuk berbeda: kwashiorkor dan marasmus.
Seseorang yang terkena malnutrisi kalori protein cenderung mengalami edema dan dermatitis, serta anemia berat dan alopecia. Orang-orang ini juga sering mengalami gangguan fungsi tubuh utama. Bagian tubuh yang paling parah terkena malnutrisi adalah ginjal, hati, sistem pernapasan, sistem saraf, dan sistem kardiovaskular. Orang dengan kondisi ini juga akan mengalami penurunan massa otot dan penyembuhan luka yang buruk, serta penurunan kekebalan terhadap sejumlah penyakit lain dan infeksi virus.
Salah satu bentuk kondisi ini dikenal sebagai kwashiorkor. Jenis malnutrisi khusus ini biasa terjadi di tempat-tempat di mana kekeringan, kelaparan, perang, dan peristiwa bencana lainnya mengganggu atau langsung mencegah pasokan makanan yang sehat dan seimbang. Selain pasokan makanan yang terganggu, kwashiorkor juga dapat disebabkan oleh infeksi dan paparan racun.
Kwashiorkor memang terjadi di negara maju, meskipun di negara-negara ini lebih sering berasal dari individu yang dilecehkan yang sengaja dibuat kelaparan. Gejala kwashiorkor juga ditemukan pada pasien anoreksia yang sengaja membuat dirinya kelaparan. Kondisi ini terkadang dapat terjadi bahkan di lingkungan rumah sakit, terutama dalam kasus individu yang sangat sakit, seperti yang terkena kanker. Malnutrisi protein-kalori juga dapat mempengaruhi orang tua, individu yang telah menjalani operasi bypass lambung dan bayi dengan diet terbatas.
Marasmus, tipe kedua dari malnutrisi protein-kalori, biasanya ditemukan pada bayi. Bentuk ini terutama terjadi ketika bayi dialihkan dari menyusui ke makanan padat yang mungkin tinggi kalori, tetapi tetap tidak menyediakan cukup protein. Tuberkulosis, HIV, dan infeksi saluran cerna juga dapat menyebabkan jenis malnutrisi kalori protein ini.
Malnutrisi protein-kalori bisa menjadi kondisi yang fatal jika tidak dideteksi dan ditangani dengan benar pada tahap awal. Semakin lama tidak diobati, pada kenyataannya, semakin tinggi insiden kerusakan organ dan jaringan yang parah bahkan dalam kasus di mana malnutrisi dapat dibalikkan. Namun, bila tidak diobati, penderita malnutrisi protein-kalori akan mengalami syok sebelum mengalami koma dan akhirnya meninggal.