Laboratorium lean adalah laboratorium tempat manajer mengatur alur kerja dan proses kerja melalui penerapan praktik lean. Pada dasarnya, manajemen laboratorium lean bertujuan untuk menanamkan lingkungan kerja yang teratur dan konsisten, di mana kesalahan diminimalkan dan alur kerja diatur. Praktik produksi ini didasarkan pada prinsip lean manufacturing yang berasal dari sektor manufaktur mobil Jepang pasca Perang Dunia II.
Lean manufacturing juga disebut sebagai produksi just-in-time. Beberapa perbedaan signifikan memang ada antara operasi perakitan mobil, misalnya, dan pengaturan kerja laboratorium. Akibatnya, pengaturan lean manufacturing yang khas tidak dapat sepenuhnya ditiru di laboratorium, sehingga variasi lean manufacturing diterapkan di laboratorium. Karena laboratorium dapat memproses pekerjaan melalui batch, di situlah letak tantangan dalam mengatur alur kerja dan mengoptimalkan personel.
Konsep lean sering disebut sebagai 5S: seiri (menyortir dan mengatur), seiton (mengoptimalkan aset produksi), seiso (menjaga penempatan aset tetap konsisten), seiketsu (standarisasi proses) dan shitsuke (mempertahankan tatanan baru). Di laboratorium lean, standarisasi proses six-sigma ini diterapkan sejauh mungkin. Tujuannya adalah untuk mengurangi gerakan dan kesalahan yang sia-sia melalui penentuan urutan alur kerja standar. Hambatan utama untuk menerapkan laboratorium lean adalah kesulitan yang lebih besar dalam mengatur alur kerja, karena tugas individu memiliki waktu penyelesaian yang lebih lama daripada di pabrik biasa.
Perubahan pesanan lab yang cepat dan tidak terduga juga menghadirkan tantangan untuk merampingkan produksi. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh strategi lean untuk mengelola tantangan dalam mengendalikan alur kerja adalah proses antrian kerja. Bagan alir juga dapat dirancang, yang menggambarkan langkah-langkah dalam proses. Penggambaran visual dapat menemukan masalah yang disebabkan oleh kesenjangan dalam urutan yang ditentukan, sehingga manajer dapat merumuskan ulang alur kerja untuk efisiensi yang lebih besar.
Mengontrol pemborosan di laboratorium lean berfokus pada pencegahan kesalahan dalam proses, dan kesalahan dalam prosedur dokumentasi yang tidak efisien. Akibatnya, komputerisasi dokumentasi dapat menjadi salah satu aspek bersandar laboratorium. Penugasan tanggung jawab yang tepat sangat penting untuk praktik laboratorium lean. Solusi perangkat lunak dapat memberi manajer laporan terkini tentang waktu produksi dan kedalaman antrean, memungkinkan penggunaan pekerja lab yang lebih efisien.
Langkah-langkah pengendalian kualitas di laboratorium juga mendapat manfaat dari praktik laboratorium lean, karena urutan tugas yang terstandarisasi dan pelatihan silang biasanya merupakan bagian dari proses lean. Pembagian tugas kerja dapat bermanfaat bagi produktivitas melalui penetapan area tanggung jawab penyelesaian tugas secara jelas kepada teknisi. Hal ini memungkinkan manajer untuk fokus pada memastikan instrumentasi yang tepat di tempat, bukan manajemen tugas. Terkadang, teknisi tambahan mungkin diperlukan jika antrian pekerjaan menjadi terlalu panjang. Volatilitas alur kerja adalah masalah paling merusak yang dihadapi manajer laboratorium.