Larangan pernikahan, juga disebut larangan pernikahan, berfungsi sebagai pengumuman resmi niat untuk menikah. Secara tradisi, mereka dipanggil di banyak gereja Kristen, termasuk yang dikelola oleh Gereja Inggris dan gereja Katolik. Bergantung pada negaranya, larangan dapat digunakan sebagai pengganti surat nikah, celah yang dimanfaatkan oleh beberapa pasangan sesama jenis, dan banyak gereja mengharuskannya dibaca sebelum mereka akan mengadakan pernikahan. Praktik ini berakar pada tradisi Kristen selama berabad-abad, dan bagi banyak pasangan yang taat, ini merupakan bagian penting dari proses pernikahan.
Agar dianggap sah, larangan perkawinan harus dibacakan atau disebut pada saat kebaktian pada tiga hari Minggu sebelum pernikahan di gereja paroki pengantin. Jika pernikahan diadakan di luar paroki mempelai pria atau wanita, pernikahan itu harus dibacakan di gereja itu juga. Larangan dianggap berlaku selama tiga bulan setelah pembacaan terakhir. Biasanya, mereka menyebutkan nama dan paroki kedua mempelai, dan menunjukkan bahwa orang-orang yang keberatan dengan pernikahan harus menyampaikan keberatan itu sebelum hari pernikahan. Pejabat agama yang menyebut larangan itu juga akan menunjukkan berapa kali mereka telah dibaca.
Di gereja mula-mula, pernikahan antar anggota harus disetujui baik oleh orang tua calon pasangan maupun gereja itu sendiri. Larangan itu menunjukkan persetujuan resmi gereja atas pernikahan tersebut. Mereka juga digunakan untuk membasmi pernikahan ilegal, seperti yang diadakan antara orang-orang yang terlalu dekat atau sudah menikah. Praktek membaca larangan di semua paroki yang bersangkutan memastikan bahwa siapa pun yang keberatan dengan pernikahan akan memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya sebelum hari pernikahan yang sebenarnya.
Secara umum, menikah tanpa menyebut larangan membuat pernikahan menjadi haram, tetapi tidak batal. Beberapa sekte telah mempertimbangkan untuk menghapus larangan pernikahan, dalam upaya mendorong pasangan untuk menikah di gereja, karena pasangan modern terkadang menganggap larangan itu membatasi. Yang lain memandangnya sebagai langkah penting dalam ritus peralihan yang diwakili oleh pernikahan, dan bersikeras bahwa larangan dibaca sebelum pasangan menikah. Pasangan di luar gereja yang ingin menikah di gereja paroki atau katedral tertentu mungkin diminta untuk membacanya, jadi pasangan harus memastikan untuk menanyakan hal ini saat membuat pengaturan pernikahan.