Lahar adalah bubur bahan vulkanik dan air. Terlepas dari kenyataan bahwa lahar bisa sangat tebal, seperti beton, mereka dapat bergerak sangat cepat, dan seringkali mematikan. Karena lahar dapat terjadi pada gunung berapi yang tidak aktif meletus, ini merupakan risiko yang signifikan, karena dapat terjadi dengan peringatan minimal. Ahli geologi telah mempelajari lahar dalam upaya untuk dapat memprediksi jalur mereka sehingga orang dapat mengungsi ke tempat yang aman dengan cepat ketika menjadi jelas bahwa lahar sedang terjadi.
Kata tersebut dipinjam dari bahasa Jawa yang digunakan di Indonesia. Dalam bahasa Jawa, lahar berarti lahar, atau aliran lahar, dan para ahli geologi mengadopsi istilah tersebut untuk merujuk secara khusus pada aliran batuan vulkanik dan air. Di beberapa wilayah di dunia, istilah “lahar” juga mengacu pada longsor kering material vulkanik, yang tidak kalah mematikannya. Lahar akan selalu mengalir menuruni lereng, mengikuti jalur dengan hambatan paling kecil, yang membuat prediksi jalur potensi lahar menjadi lebih mudah.
Isi lahar yang tepat bervariasi, tergantung pada gunung berapi. Biasanya, mengandung bahan piroklastik, yang berarti batuan dan puing-puing asal vulkanik, bersama dengan puing-puing yang diambil saat lahar bergerak. Airnya mungkin berasal dari hujan, salju, es yang terbungkus, atau sungai yang dialihkan, dan lahar bisa dingin atau panas. Lahar panas biasanya disebabkan oleh gunung berapi aktif yang mencairkan salju yang padat, sedangkan lahar dingin disebabkan oleh hujan deras yang melonggarkan material yang cukup untuk membentuk tanah longsor.
Lahar dapat menghasilkan uap yang cukup banyak, membuatnya agak menghancurkan. Lahar telah meratakan dan mengubur seluruh kota, bersama dengan hutan dan ladang di sekitarnya. Ketika lahar akhirnya berhenti, ia akan mengering dan mengeras seperti beton, membuat tanah di bawahnya tidak berguna sampai kotoran baru mengendap di atasnya. Lahar juga akan meninggalkan puing-puing besar seperti pohon tumbang dan bongkahan batu saat bergerak. Potongan-potongan ini dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menemukan lahar bersejarah.
Dengan populasi manusia yang terus bertambah, lahar telah menjadi masalah yang sangat memprihatinkan. Banyak populasi menetap di sekitar gunung berapi dan bekas situs gunung berapi, karena tanahnya kaya, sehingga ideal untuk pertanian. Sayangnya, cuaca buruk dapat menyebabkan lahar kapan saja, menempatkan populasi ini dalam risiko besar. Karena lahar tidak dapat berlari lebih cepat, mungkin sulit untuk mendapatkan keselamatan, terutama di daerah yang sangat padat. Banyak orang yang tinggal di sekitar gunung berapi aktif sudah menyadari risiko yang melekat dalam pilihan lingkungan hidup mereka, tetapi orang-orang yang tinggal di dan dekat gunung berapi yang tidak aktif mungkin tidak menyadari risiko lahar.