Chromophobia, atau chromatophobia, adalah ketakutan yang irasional dan tidak masuk akal terhadap warna. Dalam kasus yang parah, chromophobia dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan terbukti melemahkan. Ini dapat terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang sangat negatif terkait dengan warna tertentu, atau warna secara umum. Seperti fobia lainnya, chromophobia biasanya diobati dengan terapi pemaparan, yang dapat membantu membuat pasien tidak peka terhadap objek yang ditakuti.
Chromophobia tidak dianggap sebagai salah satu fobia yang paling umum. Orang dengan chromophobia dapat mengasosiasikan pengalaman masa lalu yang negatif dengan warna. Orang buta warna mungkin mengalami chromophobia karena kemunduran karir yang disebabkan oleh kondisi mereka, atau oleh kesulitan yang dapat timbul dalam kehidupan sehari-hari bagi mereka yang memiliki kemampuan terbatas untuk melihat warna.
Fobia adalah ketakutan yang dapat menghasilkan kegugupan dan kecemasan yang intens, meskipun hal yang ditakuti biasanya hampir tidak menimbulkan bahaya. Banyak fobia berkembang di awal kehidupan, sementara yang lain dapat berkembang di masa dewasa. Kebanyakan fobia berkembang setelah pasien mengalami pengalaman negatif yang terkait dengan objek ketakutan. Misalnya, seorang anak yang digigit anjing dapat tumbuh menjadi fobia anjing.
Terkadang, fobia adalah bagian normal dari proses perkembangan. Itu dianggap normal, misalnya, ketika anak kecil mengekspresikan fobia kegelapan. Fobia yang terjadi selama proses perkembangan anak umumnya tidak terlalu melemahkan dibandingkan fobia lainnya, dan biasanya hilang dengan sendirinya saat anak dewasa.
Ada berbagai macam fobia yang terdokumentasi. Orang-orang diketahui mengalami ketakutan yang irasional dan abnormal terhadap hampir semua hal. Fobia umum termasuk takut ular, laba-laba, ketinggian, jarum, dan kuman.
Orang yang memiliki fobia mungkin mengalami gejala kecemasan yang kuat ketika dihadapkan dengan objek atau situasi yang ditakuti, mulai dari sedikit gugup hingga serangan panik yang parah. Seseorang mungkin merasakan sesak napas, mual, gemetar, dan jantung berdebar-debar ketika dihadapkan dengan objek fobianya. Pusing, sakit kepala ringan, dan pingsan dapat terjadi. Gejalanya bisa sangat kuat sehingga banyak pasien mungkin percaya, secara keliru, bahwa mereka benar-benar sekarat.
Perawatan untuk fobia, termasuk chromophobia, umumnya melibatkan teknik yang dikenal sebagai terapi pemaparan, atau desensitisasi sistematis. Terapi pemaparan memungkinkan pasien untuk secara bertahap terbiasa dengan objek ketakutan, dalam pengaturan terapeutik yang suportif. Misalnya, seorang pasien yang menderita ketakutan akan ular mungkin akan diminta oleh terapis untuk memulai dengan melihat gambar ular sambil mempraktikkan teknik relaksasi dan perilaku kognitif untuk mengendalikan rasa takut. Saat pasien mendapatkan lebih banyak kendali atas ketakutan mereka, mereka mungkin diminta untuk menonton rekaman video ular, dan mungkin akhirnya beralih ke melihat ular asli, atau bahkan menyentuh ular secara fisik. Melalui proses ini, pasien dapat belajar mengendalikan rasa takut, dan secara bertahap dapat belajar bahwa objek ketakutan tidak seberbahaya yang pernah diyakini.