Apa itu Kemeja Rambut?

Kemeja rambut adalah pakaian kasar yang dimaksudkan untuk dikenakan di samping kulit, menjaga pemakainya dalam keadaan tidak nyaman dan kesadaran konstan akan kehadiran kemeja. Pakaian seperti itu secara tradisional dikenakan oleh beberapa ordo agama Kristen, bersama dengan individu yang merasa menyesal tentang tindakan tertentu atau gaya hidup mereka. Penggunaannya cukup terbatas di era modern, tetapi istilah ini sering digunakan secara metaforis, itulah sebabnya seseorang mungkin merujuk pada “mengenakan kemeja rambut” ketika mereka melakukan beberapa tindakan penyesalan yang dipaksakan sendiri.

Awalnya, pakaian ini dikenal sebagai cilices, mengacu pada kata Latin cilicium, yang berarti ”penutup yang terbuat dari bulu kambing”. Kemeja awal dibuat dari kain karung atau bulu hewan kasar sehingga mengiritasi kulit, dan versi yang lebih baru mengintegrasikan fitur tambahan yang tidak nyaman seperti kabel tipis atau ranting. Beberapa karakter dalam Alkitab mengenakan kemeja rambut sebagai demonstrasi iman agama, dan praktik tersebut diikuti oleh anggota masyarakat dan Gereja yang saleh. Istilah “cilice” sekarang digunakan secara lebih umum untuk benda apa pun yang dikenakan untuk meningkatkan ketidaknyamanan.

Tradisi mengenakan kemeja rambut adalah bagian dari praktik yang disebut mortifikasi daging. Mortifikasi berkisar dari penolakan sederhana terhadap kesenangan hingga benar-benar melakukan cedera serius, seperti dalam kasus flagellan abad pertengahan yang mencambuk diri mereka sendiri selama masa wabah. Ini dikatakan sebagai ekspresi iman, dan itu juga dimaksudkan untuk melatih jiwa, mengusir dosa dan mempromosikan perilaku yang saleh dan setia. Penyiksaan yang ekstrem tidak lagi populer di sebagian besar sekte Kristen, tetapi bentuk yang lebih ringan, seperti puasa, merupakan bagian penting dari keyakinan agama bagi beberapa orang Kristen yang taat.

Para pertapa religius sering melakukan mortifikasi untuk membawa diri mereka lebih dekat kepada Tuhan, dan untuk menjaga agar praktik keagamaan mereka tetap rendah hati. Di era ketika pakaian ini merupakan bentuk penyiksaan yang populer, banyak orang lain di masyarakat mulai dari raja hingga pedagang memakainya. Anggota kelas atas terlibat dalam matiraga untuk mendorong diri mereka sendiri untuk mengingat Tuhan, dan kadang-kadang melakukan penebusan dosa karena mengenakan pakaian yang bagus. Kemeja itu biasanya dikenakan di bawah pakaian lain, karena memamerkannya akan menjadi bentuk kesombongan, dapat dihukum dengan hukuman tambahan.

Sementara konsep kemeja rambut mungkin tampak kuno atau menjijikkan, kesadaran akan penderitaan merupakan aspek penting dari banyak agama, dari Buddhisme hingga praktik perdukunan tradisional. Karena pakaian ini dikenakan sebagai bentuk matiraga sukarela, mereka tidak boleh dianggap dalam kategori yang sama dengan tindakan penyiksaan dan penebusan dosa paksa.