Karakter pola dasar adalah prototipe karakter dasar yang ditemukan dalam cerita dan sastra. Ini adalah ide filosofis-psikologis yang didasarkan pada ide psikolog Carl Jung tentang arketipe dalam masyarakat. Dalam sastra, karakter pola dasar sering memenuhi plot dasar atau fungsi cerita, memungkinkan alur cerita yang lebih lancar. Karakter juga sering membentuk garis besar dasar untuk karakter utama yang akan dikembangkan.
Manusia mendapatkan kenyamanan dari kehadiran karakter arketipe dalam cerita, meskipun karakter seperti itu hampir tidak pernah ada dalam kehidupan sehari-hari. Carl Jung percaya bahwa arketipe seperti itu, apakah karakter atau elemen cerita dasar, sangat penting untuk pemahaman manusia tentang dan berhubungan dengan sebuah cerita. Jika cerita tidak relevan dengan orang atau dia tidak bisa berhubungan dengannya, itu menciptakan keterasingan dan pemisahan.
Karakter pola dasar, oleh karena itu, adalah karakter yang sederhana dan mudah diidentifikasi yang tidak memerlukan pengantar, deskripsi, atau cerita latar yang panjang. Jung percaya ada empat arketipe dasar yang berasal dari semua yang lain. Ini adalah ibu, kelahiran kembali, roh dan penipu. Penipu sering disebut “Iblis”, karena ia melakukan fungsi yang sama. Salah satu penipu paling terkenal dalam mitologi mungkin adalah Dewa Norse Loki.
Keempat arketipe dasar ini kemudian berkembang menjadi merek tipe karakter yang lebih luas termasuk pahlawan, anak, orang bijak dan mentor. William Shakespeare dan penulis klasik lainnya telah memperkenalkan karakter mereka sendiri yang telah menjadi arketipe. Dua dari Shakespeare termasuk kekasih bernasib sial Romeo dan Juliet dan ksatria kekar, mesum, Falstaff.
Fiksi bergenre, terutama fantasi buruk, terkenal karena menyimpan cerita-ceritanya yang penuh dengan pola dasar sederhana. Ini sering disebut karakter potongan karton karena karakterisasinya yang buruk. Band fantasi, yang akan memulai perjalanan epik atau kisah keberanian, hampir selalu diisi dengan pilihan arketipe yang sama: ksatria terhormat, bajingan yang dicintai, penyihir misterius, gadis, dan sebagainya. Fiksi detektif juga terkenal karena penggunaan karakter pola dasar.
Harry Potter adalah contoh yang baik dari penggunaan arketipe. JK Rowling telah menggunakan banyak arketipe, motif, dan kiasan mitologis untuk menyatukan ceritanya dan membuatnya mudah dikenali oleh pembaca. Ini termasuk anak yatim piatu (Harry), mentor (Dumbledore), penjahat yang membunuh ayah yatim piatu (Voldemort) dan sidekicks (Hermione dan Rupert).
Penokohan yang baik dalam sastra modern dipandang sebagai pengembangan karakter di luar batas arketipenya. Karakter pola dasar dipandang sebagai minor dan fungsional, atau sebagai contoh karakterisasi yang buruk oleh penulis. Penokohan sering disertai dengan upaya aktif untuk menjauhkan karakter dari norma-norma arketipenya.