Apa itu Ensefalopati Hipoksia?

Ensefalopati hipoksia adalah kondisi medis yang terjadi ketika oksigen yang biasanya mengalir ke otak berkurang atau terputus. Ada beberapa alasan berbeda mengapa ini terjadi. Kadang-kadang merupakan konsekuensi alami dari sesuatu seperti stroke atau kecelakaan traumatis, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, sering kali terkait dengan tekanan; orang-orang yang terbang dengan pesawat tanpa tekanan seringkali sangat berisiko, misalnya, seperti penyelam laut dalam yang tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat atau yang meteran tekanannya tidak berfungsi. Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini dianggap sebagai krisis medis, dan perawatan hampir selalu diperlukan segera untuk mencegah kerusakan otak permanen atau bahkan kematian. Kegagalan untuk mendapatkan perawatan cepat dapat mengakibatkan gangguan parah pada bahasa dan penglihatan. Memang, orang yang menderita masalah ini sering menunjukkan penurunan memori, kebingungan umum, dan kehilangan kontrol motorik; peningkatan denyut jantung juga umum terjadi. Jika berlangsung sangat lama, seseorang bisa kehilangan kesadaran. Perawatan biasanya berhasil, tetapi banyak dari hal ini tergantung pada kapan ia tertangkap dan seberapa banyak kerusakan yang telah terjadi.

Penyebab Utama

Penyebab biasanya dapat dipecah menjadi dua kategori utama: yang terjadi sebagai akibat dari masalah medis lain atau keadaan darurat, dan yang diakibatkan oleh pemicu eksternal. Masalah darah seperti anemia, yaitu ketika tidak ada cukup zat besi dalam darah, sering berkontribusi, karena oksigen terutama mengalir ke otak melalui aliran darah. Kondisi pernapasan seperti asma juga dapat berperan, karena ini memengaruhi seberapa banyak oksigen yang diambil seseorang. Namun, dalam salah satu dari kasus ini, kondisi yang mendasarinya harus benar-benar ekstrem untuk menyebabkan ensefalopati. Biasanya ada sejumlah tanda peringatan yang dapat diwaspadai pasien untuk mencegah hal-hal meningkat sejauh ini.

Kondisi ini juga agak umum terjadi setelah kecelakaan atau trauma yang menyebabkan syok, yaitu masalah kimia darah, atau benda tumpul di kepala. Pukulan keras ke tenggorokan dan saluran udara juga bisa menjadi faktor. Selain itu, menyelam di air yang sangat dalam, terbang dengan pesawat yang tidak bertekanan, dan berolahraga di ketinggian ekstrem tanpa aklimatisasi yang tepat juga dapat menyebabkan kondisi tersebut. Menjalani persiapan yang tepat untuk kegiatan ini, atau menghindarinya sama sekali, penting dalam pencegahan ensefalopati hipoksia.

Bagaimana Tubuh Merespon

Ketika otak kehilangan oksigen, respons pertama tubuh biasanya adalah meningkatkan aliran darah ke otak. Jika bentuk koreksi diri ini tidak berhasil, individu biasanya akan mulai mengalami penurunan fungsi mental, memori, dan kontrol motorik saat otak mulai kehilangan fungsinya secara perlahan. Gejala lain dari ensefalopati hipoksia termasuk warna kebiruan pada kulit, peningkatan denyut jantung, pingsan, dan kemungkinan kejang. Individu yang mengalami gejala ini biasanya didorong untuk mencari bantuan medis sesegera mungkin.

Pilihan pengobatan

Perawatan ensefalopati hipoksia sedikit berbeda dari kasus ke kasus. Dalam kondisi ringan, pasien mungkin mengalami perbaikan dari tindakan sederhana seperti menghirup oksigen murni, biasanya dari masker atau tangki medis. Kasus yang lebih parah mungkin memerlukan pengobatan atau bahkan operasi otak untuk memperbaiki kerusakan. Pembedahan tidak selalu merupakan pilihan yang layak untuk semua pasien, terutama jika mereka sangat tua atau sebelumnya telah didiagnosis dengan sistem kekebalan yang lemah. Pasien sering didorong untuk menjalani terapi fisik atau okupasi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dan kasar.

Prognosis dan Penyembuhan

Prognosis untuk kondisi ini tergantung pada seberapa cepat gejala diidentifikasi dan diobati. Mereka yang didiagnosis dengan ensefalopati versi ringan biasanya dapat mengharapkan pemulihan yang relatif lengkap. Kasus-kasus serius, di sisi lain, dapat mengakibatkan prognosis pasien yang lebih buruk. Misalnya, pasien yang mengalami koma karena kondisi ini dan tinggal di dalamnya untuk waktu yang lama sering mengalami tingkat pemulihan yang paling buruk. Pasien yang mengalami ensefalopati sisi kiri biasanya mengalami kesulitan dengan bahasa dan bicara, sedangkan mereka yang mengalami kerusakan sisi kanan mungkin mengalami kesulitan dengan interpretasi visual atau mengekspresikan emosi.