Diplomasi publik adalah suatu bentuk hubungan internasional, atau sebagian orang akan mengatakan propaganda, di mana suatu negara mencoba mempengaruhi warga negara lain menuju pandangan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan pendidikan, hiburan, atau inspirasi publik. Meskipun diplomasi publik didefinisikan secara longgar dan dapat membawa konotasi yang berbeda, ia memiliki tujuan yang jelas dalam pikiran. Ini adalah upaya untuk mempengaruhi pandangan penduduk asing, dan ini dapat dilihat sebagai saling berguna oleh negara-negara yang terlibat, atau sebagai bentuk perang politik.
Kedutaan asing adalah sumber utama diplomasi publik lokal. Ketika pejabat lokal, pelajar, atau pedagang mendekati kedutaan untuk mendapatkan panduan tentang kebijakan, perdagangan, pertukaran pendidikan, dan sebagainya, mereka diarahkan untuk berbicara dengan diplomat yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan negara asal mereka dengan cara yang paling menguntungkan. Diplomat juga bertugas mempromosikan kegiatan warga negara mereka sendiri yang berada di negara asing atau terlibat dalam kompetisi internasional, seperti atlet, artis, dan artis.
Peristiwa yang mungkin tampak tidak berbahaya bagi penduduk lokal masih dapat digunakan sebagai bentuk diplomasi publik. Misi Apollo 11 AS yang mendaratkan manusia di bulan pada 20 Juli 1969 adalah contoh yang bagus. The Voice of America, yang beroperasi sebagai layanan radio dari Badan Informasi Amerika Serikat (USIA), menggunakannya sebagai kesempatan untuk menyiarkan pandangan tentang keunggulan teknologi Amerika dan dominasi budaya ke seluruh dunia.
Contoh lain dari diplomasi publik dalam tindakan adalah bagaimana negara kecil Kuba telah memanfaatkan statusnya sebagai underdog melawan Amerika Serikat yang jauh lebih kuat, bersama dengan memproyeksikan citra pemimpinnya Fidel Castro sebagai korban propaganda imperialis. Pada awal 1960-an, upayanya pada jenis diplomasi publik lunak ini memungkinkannya untuk mengakhiri isolasi politiknya dan menggalang dukungan dari kelompok-kelompok seperti Organisasi untuk Solidaritas dengan Rakyat Asia, Afrika, dan Amerika Latin (OSPAAAL). Selain itu, Kuba mempromosikan diplomasi budaya dengan menampung hingga 30,000 mahasiswa asing dalam program pendidikan Kuba, dan mengirim ribuan dokter dan tenaga medis lainnya ke negara-negara berkembang setiap tahun dalam upaya niat baik dan pembangunan aliansi.
Apakah diplomasi publik benar-benar propaganda di tempat kerja atau dimotivasi melalui cara-cara altruistik ada di mata yang melihatnya. Penyaluran jutaan dolar oleh pemimpin Libya Muammar Gaddafi untuk membangun aliansi Uni Afrika dari 53 negara dipandang di Afrika sebagai pendekatan yang saling menguntungkan menuju integrasi ekonomi dan politik lokal di benua itu. Tujuan akhirnya adalah salah satu serikat seperti Uni Eropa, dengan mata uang tunggal, paspor, dan kekuatan militer Afrika tunggal untuk semua. Namun, negara-negara Barat melihatnya sebagai bentuk diplomasi publik jangka panjang, upaya Libya untuk membeli teman dengan petrodolar dalam upaya transparan untuk menciptakan blok kekuatan yang dapat menyaingi barat di wilayah tersebut.