Apa itu Desain Audiens?

Desain audiens adalah praktik membentuk bahasa untuk mempertimbangkan audiens pembicara. Ini sering mengharuskan pembicara untuk mengubah pilihan gaya mereka. Sebagai model sosiolinguistik, desain audiens pertama kali diusulkan oleh Alan Bell pada tahun 1984. Ide tersebut telah digunakan tidak hanya oleh berbagai pembicara — dari aktivis hingga politisi — tetapi juga oleh perusahaan televisi, untuk menargetkan acara televisi mereka dengan lebih baik. Sebenarnya, prinsip di balik desain audiens dapat diterapkan pada situasi apa pun di mana orang mendengarkan orang lain berbicara.

Alan Bell berteori empat tipe dasar audiens. Pertama, ada khalayak yang dikenal sebagai penerima, yang dikenal pembicara dan disapa secara langsung. Kedua, ada yang disebut auditor oleh Bell; pendengar ini tidak secara langsung disapa, tetapi diakui oleh pembicara. Pendengar, di sisi lain, tidak disapa atau diakui, tetapi pembicara menyadarinya. Mereka yang berada dalam kategori terakhir adalah penyadap, menurut Bell; pembicara hampir tidak menyadari pendengar dalam kelompok ini.

Audiens ini dikandung sebagai hasil penelitian Bell yang dilakukan di stasiun radio di Selandia Baru. Dia membandingkan dua stasiun radio yang berbagi studio dan beberapa presenter yang sama, tetapi mengarahkan kontennya ke pendengar yang berbeda. Dengan menggunakan data ini, ia meneliti perubahan bahasa penyiar dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Audiens adalah satu-satunya variabel dalam eksperimen, jadi dia dapat secara meyakinkan mengaitkan perubahan gaya mereka dengan perbedaan audiens.

Penelitian Bell juga melihat elemen lain dari desain audiens, termasuk perubahan bahasa pembicara berdasarkan latar belakang sosial ekonomi yang dirasakan audiens. Faktor lain yang dapat mempengaruhi bahasa lisan termasuk usia penonton dan selera atau pola pemungutan suara yang mereka rasakan. Faktor lain yang sangat penting bagi tutor bahasa adalah kemampuan linguistik yang dirasakan audiens.

Misalnya, seorang guru bahasa Inggris yang bekerja dengan siswa non-pribumi tingkat rendah akan memoderasi bahasanya untuk siswa tersebut. Ini dilakukan dengan beberapa cara. Kalimat dapat disederhanakan dengan mengurangi jumlah klausa dan kata, atau dengan memilih kata yang lebih mudah. Penutur juga dapat memperlambat bicaranya sambil mengucapkan dengan diksi yang lebih jelas.

Desain audiens telah menjadi elemen penting dalam penelitian program televisi. Sebelum mengadakan pertunjukan, selama produksi dan terutama saat pertunjukan ditayangkan, perusahaan melakukan polling kepada pemirsa tentang perasaan mereka terhadap pertunjukan. Perusahaan televisi dan media kemudian menyesuaikan konten dan gaya mereka dengan kebutuhan mayoritas penonton, untuk memaksimalkan jumlah penayangan.