Istilah “bulan pengebom” mengacu pada bulan purnama terang yang menerangi Bumi hampir seperti siang hari. Ungkapan ini berasal dari Perang Dunia Kedua, merujuk pada gagasan bahwa pilot menggunakan cahaya bulan pembom untuk membidik target mereka. Orang-orang yang hidup selama Perang Dunia Kedua, terutama veteran yang terbang dalam perang, masih menggunakan istilah ini untuk merujuk pada bulan yang sangat cerah, meskipun tidak dikenal oleh banyak orang yang lahir pada tahun-tahun setelah perang.
Dalam Perang Dunia Kedua, peralatan penargetan untuk bom tidak terlalu tepat. Tidak seperti pesawat dan senjata modern, yang dapat diprogram dengan koordinat geografis yang sangat akurat, pesawat era Perang Dunia Kedua harus diarahkan langsung ke sasaran. Semakin terang kondisi pencahayaan, semakin mudah bagi pilot dan kru untuk melihat target potensial, sehingga malam bulan pengebom sering kali melibatkan sejumlah besar serangan bom yang memanfaatkan kondisi yang bagus.
Selain menerangi lanskap seperti lampu sorot, bulan pengebom juga memantulkan dari permukaan badan air, membuat navigasi menjadi lebih mudah. Pilot dapat mengikuti garis sungai atau mencari danau khas untuk memandu diri mereka ke target mereka, yang berguna di era ketika navigasi visual adalah satu-satunya cara untuk berkeliling. Beberapa komunitas dalam Perang Dunia Kedua akan merangkai kamuflase di perairan dengan harapan menyembunyikan mereka dari pilot pada malam bulan pengebom.
Tentu saja, bulan pengebom juga bisa bekerja melawan pilot. Mereka bisa melihat tanah dengan sangat baik, tetapi orang-orang di tanah juga bisa melihat mereka, memungkinkan mereka untuk menargetkan senjata anti-pesawat pada pesawat yang mendekat. Pesawat tempur juga dapat dikirim untuk menyerang pesawat pengebom, yang cenderung rentan karena lamban dan kurang bermanuver dibandingkan pesawat tempur. Pilot juga menghargai visibilitas yang luar biasa karena memungkinkan mereka untuk mengkonfirmasi pembunuhan di udara, yang bertentangan dengan kondisi keruh, yang akan mengaburkan nasib pesawat setelah ditembak dalam pertempuran.
Luftwaffe Jerman dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris sama-sama memanfaatkan bulan pengebom dalam berbagai serangan atas cengkeraman musuh. Warga belajar untuk takut pada bulan purnama, dan banyak yang akan berlindung dalam kondisi cerah sebelum sirene serangan udara berbunyi, dengan asumsi bahwa pemboman mungkin akan terjadi di beberapa titik pada malam hari.