Apa itu Bhakti?

Bhakti adalah sebuah konsep dalam agama Hindu. Ketika diterjemahkan secara harfiah dari bahasa Sansekerta ke bahasa Inggris, itu berarti “berbagi” atau “berpartisipasi.” Namun, kata tersebut lebih luas dipahami berarti pengabdian. Bhakti adalah penekanan pada hubungan pribadi dan emosional dengan dewa.
Secara historis, gagasan bhakti dapat ditelusuri kembali ke masa reformasi agama Hindu, sekitar 500 – 200 SM. Sebelumnya, agama Hindu ditandai dengan ritual Weda, yang berfokus pada hal-hal duniawi seperti anak laki-laki, emas, dan hujan. Pada masa reformasi, ritual semacam ini dikritik. Umat ​​Hindu mulai mencari jawaban melalui ritual internal seperti yoga dan asketisme. Melalui yoga dan asketisme, seseorang mengubah dirinya menjadi ritual dengan menggunakan tubuh sebagai alat.

Periode berikutnya, dari sekitar 200 SM – 1100 M, dikenal sebagai Hinduisme Klasik. Ini adalah periode di mana ide bhakti menjadi mengkristal. Mungkin sumber gagasan yang paling penting dan dikenal luas tentang konsep ini adalah Bhagavad Gita, bagian dari teks Mahabharata yang berasal dari periode Hinduisme Klasik. Gita, begitu akrab disapa, memaparkan gagasan-gagasan itu melalui kisah hubungan antara sang pendekar, Arjuna, dan Dewa Kresna. Gita dengan tegas mengalihkan penekanan dari ritual Veda, dan menyebut bhakti sebagai cara yang benar untuk menghormati para dewa. Ini adalah pesan inti dari Gita.

Diskusi tentang konsep ini harus mencakup penyebutan bhakti yoga, jñana yoga, dan karma yoga. Ketiga jenis yoga ini adalah ajaran Gita. Secara tradisional, tujuan melakukan yoga adalah untuk menyadari bahwa atman sama dengan Brahman. Atman adalah diri, dan Brahman adalah konsep abstrak yang mengacu pada prinsip universalitas. Brahman membuat segala sesuatu menjadi mungkin dan diketahui, namun tanpa nama dan tanpa bentuk.

Jñana yoga adalah yoga mental, dan berusaha mewujudkan kesetaraan individualitas dan totalitas dengan memisahkan pikiran dengan yang sementara, dan menghubungkannya dengan Brahman yang konstan. Karma yoga juga memiliki tujuan untuk menyadari bahwa atman sama dengan Brahman, dan dilakukan melalui penghentian keterikatan, dan penghentian penciptaan karma melalui kehendak atau kehendak. Sebaliknya, bhakti yoga tidak berusaha menghubungkan atman dengan Brahman, melainkan menghubungkan atman dengan dewa, menghubungkan diri dan dewa, melalui pengabdian.

Jñana yoga dan karma yoga membutuhkan disiplin tubuh dan pikiran yang ketat, dua hal yang sulit dikendalikan. Gagasan yang disajikan dalam Gita adalah bahwa bhakti, yoga pengabdian emosional, itu mudah karena mudah untuk mencintai. Gita mengajarkan bahwa dari semua bentuk disiplin, bentuk tertinggi adalah disiplin bhakti. Bhakti yoga menambahkan unsur kemanusiaan untuk menghormati para dewa karena mempersonalisasikan disiplin melalui emosi.

Dalam Gita, bhakti adalah cara universal untuk memahami Krishna, dan untuk berpartisipasi dalam jalan menuju pembebasan. Itu universal karena, sementara tidak semua orang bisa sempurna secara karma atau mental, semua orang bisa mencintai. Meskipun konsepnya dimulai dengan emosi, pada akhirnya itu adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dengan seluruh tubuhnya melalui kombinasi emosi dan puja, atau pemujaan fisik. Jadi, jñana yoga dan karma yoga dimasukkan ke dalam bhakti yoga, karena ketika seseorang mengabdikan hatinya, tubuh dan pikiran akan mengikuti.
Jadi bagaimana seseorang mencintai tuhan? Gagasan bhakti membawa kontradiksi tertentu, dalam arti ia mempertanyakan apakah dewa-dewa itu dekat atau unggul. Bagaimana mungkin manusia memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan? Bagaimana emosi manusia dapat mendekatkan yang transendental? Pertanyaan-pertanyaan ini memunculkan konsep penting tentang teori dan praktik bhakti. Ini adalah konsep káma vs. prema.

Baik káma dan prema adalah gagasan cinta, tetapi keduanya sangat berbeda. Káma adalah cinta duniawi, secara metaforis dikaitkan dengan pernikahan, prokreasi, dan tatanan sosial. Jadi itu menyiratkan keterikatan pada yang dicintai, dan rasa memiliki. Káma bertujuan untuk kepuasan diri, bersifat kontraktual dan stabil, tetapi dapat hilang jika harapan tidak terpenuhi. Káma adalah cinta yang berguna secara sosial, biasanya dipahami sebagai cinta yang dimiliki bersama oleh seorang pria dan istrinya.
Prema, di sisi lain, adalah cinta ilahi, tanpa pamrih. Káma secara metaforis dikaitkan dengan hubungan cinta terlarang, dan tidak memiliki tujuan lain selain kesenangan. Prema hanya berusaha untuk melayani yang dicintai, dan akan mengorbankan kepuasan diri untuk melakukannya. Prema adalah pengorbanan, tidak pasti, tidak terkendali, dan tidak memiliki harapan. Prema adalah cinta yang dibagi antara dewa dan pemuja melalui bhakti, contoh yang paling terkenal adalah perselingkuhan antara dewa Krishna dan kekasih manusianya, Rhada.

Meskipun bhakti paling sering dikaitkan dengan pengabdian kepada Krishna, dewa-dewa lain juga dapat menjadi objek pengabdian.