Enriched rice adalah nasi putih yang telah dicampur dengan berbagai macam vitamin dan nutrisi agar lebih bergizi. Banyak perusahaan membuat produk ini, dan kemasannya biasanya dengan jelas menunjukkan tingkat pengayaan biji-bijian, meskipun tingkat tersebut dapat bervariasi setelah dimasak, tergantung pada bagaimana nasi dimasak.
Saat nasi diolah menjadi nasi putih, banyak nilai gizi yang hilang. Dedak luar yang kaya serat dan nutrisi dikupas terlebih dahulu, meninggalkan kuman dan endosperma. Dalam banyak kasus, kuman yang bergizi juga hilang selama proses pemolesan. Akibatnya, nasi putih tidak terlalu bergizi, secara alami. Oleh karena itu, beberapa produsen menambahkan kembali vitamin dan mineral setelah beras diproses, atau mereka memasukkan pelet vitamin ke dalam karung beras mereka sehingga beras mereka akan memberikan nilai gizi lebih.
Khususnya di negara berkembang, pengayaan beras sangat penting. Karena beras adalah makanan pokok bagi jutaan orang di seluruh dunia, penting bagi beras untuk menjadi bergizi tinggi. Di daerah dengan volume konsumsi beras putih yang tinggi, kekurangan gizi telah dicatat. Diharapkan penjualan beras yang diperkaya akan membalikkan tren ini, dengan melengkapi makanan sehari-hari dengan lebih banyak vitamin dan mineral.
Bahkan setelah pengayaan, beras yang diperkaya tidak bergizi seperti beras merah utuh. Selain itu, jangan dibilas, karena beras yang dilapisi nutrisi akan kehilangan nilainya jika dibilas. Banyak perusahaan juga merekomendasikan agar nasi yang diperkaya dimasak dengan sedikit air, sehingga nutrisi tidak hilang selama proses memasak. Namun, nasi yang diperkaya tentu lebih baik daripada nasi putih biasa, terutama bagi orang-orang yang mengandalkannya sebagai makanan pokok.
Beberapa perusahaan telah bereksperimen dengan modifikasi genetik beras agar lebih bernilai gizi, sehingga tidak perlu diperkaya sebagai bagian dari proses pasca panen. Contoh beras rekayasa genetika yang terkenal adalah beras emas, yang diharapkan dapat membantu mencegah kebutaan dengan meningkatkan kadar vitamin A pada konsumen. Di sebagian besar negara, makanan hasil rekayasa genetika belum legal untuk dikonsumsi manusia pada awal abad ke-21, meskipun ada lobi dari pihak perusahaan yang merancang makanan ini. Perusahaan-perusahaan ini berharap bahwa tujuan kemanusiaan dari produk mereka akan mengesampingkan ketidaksukaan di pihak pecinta lingkungan dan beberapa pendukung keamanan pangan.