Menggabungkan tradisi kuliner Prancis dan Vietnam menghasilkan pembuatan baguette Vietnam. Roti crispy ini memadukan tepung beras dan tepung terigu sehingga menghasilkan roti yang berbentuk seperti hoagie atau kapal selam roll. Untuk baguette tradisional Vietnam, pembuat roti mencampur ragi, garam, gula, tepung terigu, dan tepung beras dengan air. Versi Vietnam adalah baguette yang lebih ringan dan lebih renyah daripada versi Prancis, yang hanya menggunakan tepung terigu.
Baguette adalah roti panjang dan sempit yang menyerupai rolling pin dengan ujung bulat. Versi Prancis secara tradisional dapat mencapai panjang 3 kaki (sekitar 1 meter). Roti yang dimasak biasanya berdiameter sekitar 2 inci (5 sentimeter).
Baguette tradisional Vietnam lebih pendek dari baguette Prancis klasik, seringkali hanya sepanjang 1 sentimeter. Keraknya sering terbelah agar uapnya keluar saat roti dipanggang. Sejarawan makanan percaya bahwa panjangnya yang lebih pendek membuat baguette Vietnam lebih praktis, terutama untuk pekerja yang sibuk. Ukurannya yang lebih kecil membuat roti lebih mudah diatur saat makan dan bekerja secara bersamaan.
Di Vietnam, toko roti dan toko kue terutama menjual kue-kue klasik Prancis seperti croissant dan baguette tradisional. Pedagang kaki lima adalah penjual utama baguette lokal. Menggunakan pemanas pembakaran batu bara kecil, mereka menyimpan lusinan baguette pada suhu penyajian. Di pusat kota utama Vietnam, orang dapat dengan mudah menemukan penjual yang menjajakan baguette panas dan sandwich khusus yang menggunakan baguette sebagai dasarnya, terutama saat makan siang.
Sejak pembuatan baguette Vietnam, bahn mi telah menjadi nama lokal untuk roti dan sandwich yang dibuat dengannya. Kreasi sandwich yang menggunakan baguette Vietnam sebagai dasarnya menggunakan bahan-bahan yang umum dalam masakan Asia. Di Vietnam, orang dapat menemukan sandwich yang mencakup wortel parut, acar sayuran, salad hijau, dan mayones. Bahan inti ini menyertai berbagai daging mulai dari foie gras dan udang hingga ayam atau babi.
Roti bukanlah bagian utama dari makanan Vietnam sebelum orang Prancis tiba di negara itu pada abad ke-19. Gandum bukanlah tanaman umum untuk wilayah Asia ini. Kontak dengan Prancis menyebabkan perkembangan masakan hibrida di Vietnam yang bertahan lama setelah hubungan kolonial berakhir. Prancis tidak hanya memperkenalkan tepung terigu ke Vietnam tetapi juga memberikan keahlian yang dibutuhkan Vietnam untuk mengembangkan tepung beras yang ditampilkan dalam baguette lokal.