Hubungan antara teror dan histeria dalam pengertian umum biasanya dilihat sebagai salah satu sebab akibat di mana teror menciptakan histeria. Teror biasanya dipandang sebagai respons ketakutan ekstrem terhadap peristiwa atau peristiwa tertentu, dan ketakutan ini dapat diciptakan baik karena upaya sadar untuk menciptakan teror atau sebagai respons terhadap peristiwa acak. Histeria sering didefinisikan sebagai keadaan di mana emosi seseorang mengambil kendali dan gejala fisik dapat terjadi. Bagi banyak orang yang mempelajari kondisi ini, teror dan histeria dikaitkan sebagai peristiwa yang menciptakan teror bagi seseorang yang kemudian berubah menjadi keadaan histeris.
Untuk memahami hubungan antara teror dan histeria, penting untuk terlebih dahulu memahami apa arti masing-masing istilah ini. Teror adalah keadaan pikiran yang terjadi sebagai akibat dari ketakutan yang intens karena beberapa kejadian atau objek. Seseorang mungkin mengalami teror saat melihat laba-laba, menjerit dan membeku dalam ketakutan, bukan sekadar menyingkirkan atau membunuh laba-laba. Teror sering kali disebabkan oleh tindakan tertentu, dan walaupun mungkin tidak disengaja, ada juga beberapa individu yang dengan sengaja bertujuan untuk menciptakan teror, yang sering disebut “teroris”.
Sementara teror dan histeria sering dihubungkan melalui contoh ketakutan, histeria dapat diciptakan sebagai akibat dari emosi yang kuat. Kata “histeria” telah digunakan dalam sejumlah konteks dan banyak orang mungkin melihatnya secara sinonim dengan istilah “histeria wanita”. Namun, ini adalah konsep yang berbeda, jadi mereka harus dipertimbangkan secara terpisah. Dalam pengertian umum, histeria hanya mengacu pada keadaan di mana emosi seseorang mampu mengendalikan tindakan atau pikirannya, seperti seseorang mendengar wabah penyakit dan mewujudkan gejala psikosomatik karena ketakutannya terhadap penyakit.
Dengan pemahaman tentang teror dan histeria ini, keterkaitannya bisa lebih mudah terlihat. Seseorang yang mengalami suatu peristiwa atau terhubung dengan ide yang memicu teror kemudian dapat memasuki keadaan histeria saat teror menguasai tubuhnya. Seseorang mungkin mendengar tentang wabah virus mematikan dan mulai mengalami mual atau reaksi dan gejala fisik lainnya karena teror menciptakan respons fisik di tubuhnya, tanpa penyebab eksternal untuk reaksi ini. Teror dan histeria juga dapat dihubungkan melalui peristiwa yang menciptakan histeria massal, di mana banyak orang mengalami reaksi fisik yang sama karena teror dan sejenis hubungan simpatik dengan orang lain yang menjadi histeris.