Hubungan antara alkohol dan kecemasan sebagian berasal dari kecenderungan orang yang menderita berbagai gangguan kecemasan untuk mengobati sendiri kondisi tersebut. Menggunakan alkohol untuk menghilangkan gejala dari gangguan seperti gangguan kecemasan umum (GAD), gangguan kecemasan sosial (SAD), dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dapat menyebabkan kecemasan rebound dan memburuknya gejala klinis secara keseluruhan. Penyalahgunaan alkohol, dengan sendirinya, juga dapat menyebabkan perkembangan kecemasan dan gangguan kecemasan terkait, yang paling serius adalah kecemasan akibat penarikan akut dari penggunaan alkohol kronis, yang sering kali memerlukan rawat inap selama beberapa hari. Kondisi yang diperpanjang, sindrom pantang berkepanjangan, dapat memperpanjang gejala kecemasan selama beberapa bulan, yang mungkin memerlukan pengobatan dan konseling psikologis.
The Anxiety Disorders Association of America (ADAA) melaporkan bahwa lebih dari 40 juta orang Amerika menderita GAD dan bahwa orang-orang ini terbukti dua hingga tiga kali lebih mungkin menyalahgunakan alkohol dan zat psikoaktif lainnya. Statistik lain menyatakan bahwa hampir 20 persen orang dengan SAD menyalahgunakan alkohol dalam situasi sosial. Sering kali, sulit untuk menentukan kondisi mana yang muncul lebih dulu, gangguan kecemasan atau penyalahgunaan zat, tetapi metode pengobatan yang paling umum adalah bekerja dengan “diagnosis ganda”. Dengan mengobati kedua kondisi, alkohol dan kecemasan, pada saat yang sama, satu tidak mungkin menyebabkan kekambuhan yang lain. Minum berat juga telah terbukti menyamarkan gangguan kecemasan yang mendasarinya, yang kemudian membuat masalah psikologis sulit untuk diobati secara efektif.
Penelitian sedang muncul yang menunjukkan berbagai mekanisme yang menghubungkan alkohol dan kecemasan. Sebuah studi yang dilakukan di University of Illinois menunjukkan bahwa protein tertentu, Arc, yang ditemukan di bagian otak yang terkait dengan respons stres dan emosi, amigdala, menjadi terganggu pada hewan yang terpapar alkohol kronis. Saraf berkomunikasi dengan duri dendritik, dan duri dendritik yang mengandung Arc, penghambat kecemasan alami, tumbuh ketika mereka terkena alkohol. Tumbuhnya duri dendritik yang mengandung Arc adalah salah satu proses fisiologis di otak yang berkontribusi pada respons relaksasi awal setelah seseorang minum. Namun, jika penggunaan alkohol menjadi kronis, otak menjadi toleran terhadap respons relaksasi, dan akibatnya adalah ketidakseimbangan kimiawi di otak yang dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan.
Hangover yang dialami oleh pengguna alkohol yang sehat adalah reaksi kecemasan kecil untuk penarikan dari alkohol. Ketika orang mengembangkan gangguan kecemasan yang bertahan lama dari alkohol, reaksinya cenderung menjadi progresif dan terkadang kronis. Namun, jika alkohol dan gangguan kecemasan diobati secara bersamaan, ada kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan kembali kesehatan mental.