Apa itu Bencana Malthus?

Bencana Malthus adalah situasi di mana masyarakat kembali ke tingkat kehidupan subsisten sebagai akibat dari membebani sumber daya pertanian yang tersedia secara berlebihan. Ada banyak nama alternatif untuk situasi ini; beberapa orang menyebutnya sebagai krisis, jebakan, atau bencana Malthus, misalnya. Beberapa ahli teori juga percaya bahwa setiap masyarakat memiliki batas Malthus, titik kritis populasi yang akan memicu krisis semacam itu. Konsep pemeriksaan Malthus pada tingkat populasi telah diperdebatkan secara luas, terutama di abad ke-20, dengan populasi manusia yang berkembang pesat menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang.

Ide bencana Malthus ini dikemukakan oleh Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population pada tahun 1798. Malthus menunjukkan bahwa populasi manusia cenderung tumbuh secara eksponensial, sedangkan kemampuan sumber daya pertanian cenderung tumbuh secara aritmatika. Dengan menggunakan pola-pola ini, Malthus meramalkan bahwa pada titik tertentu, tuntutan populasi manusia akan melampaui kemampuan pertanian. Ini, pada gilirannya, akan memicu perubahan sosial yang radikal, termasuk penurunan populasi dan, menurut Malthus, keadaan yang menyedihkan.

Sejarah beberapa budaya tampaknya menunjukkan bahwa bencana Malthus mungkin merupakan ancaman yang sangat nyata; masyarakat seperti Pulau Paskah memang memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dan runtuh, misalnya. Overpopulasi juga jelas terkait dengan epidemi penyakit, kelaparan, dan kerusuhan sosial. Beberapa orang percaya, bagaimanapun, bahwa Malthus terlalu menyederhanakan masalah ini, dan bahwa mungkin ada cara untuk mengatasi pertumbuhan populasi tanpa menyebabkan kesengsaraan. Yang lain menyarankan bahwa kesenjangan yang tumbuh antara negara-negara dunia Pertama dan Ketiga menunjukkan bahwa bencana Malthus mungkin sudah terjadi.

Kekhawatiran tentang pertumbuhan populasi global telah menyebabkan banyak penelitian tentang populasi dunia, termasuk perkiraan populasi global dari periode sebelum catatan disimpan. Perkiraan ini memang menunjukkan tingkat pertumbuhan yang eksponensial, tetapi pada abad ke-20, tingkat pertumbuhan ini menjadi hipoereksponensial, artinya meningkat lebih radikal lagi. Namun, di negara maju, populasi sebenarnya sedang menurun; ini berarti bahwa pertumbuhan terkonsentrasi di negara-negara berkembang, yang dapat menyebabkan masalah serius di masa depan.

Negara-negara maju juga menggunakan sumber daya dalam jumlah yang tidak proporsional, yang bahkan memberikan tekanan yang lebih besar pada negara-negara berkembang. Jika bencana Malthusian benar-benar muncul, orang-orang yang mendukung teori kependudukan ini memprediksikan bahwa bencana itu akan muncul di negara-negara berkembang. Beberapa bagian Dunia Ketiga sudah berjuang dengan kelaparan, penyakit, dan kekerasan, yang berarti bahwa titik kritis ini sudah dekat.