Apa itu Pencitraan?

Imajinasi adalah teknik menulis yang menggunakan bahasa deskriptif untuk melibatkan indra pembaca. Yang paling umum adalah visual. Sebuah deskripsi yang baik dapat menggunakan kata-kata warna, cahaya dan tekstur untuk menyulap citra mental dalam pembaca. Penulis yang terampil dapat mencapai efek yang sama dengan indra manusia mana pun, memunculkan reaksi fisik dan emosional terhadap kata-kata yang dipilih dengan baik. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan pengalaman universal manusia, dan dengan mengingatnya di benak pembaca, untuk membenamkannya ke dalam dunia ilusi yang diciptakan oleh kata-kata tertulis.

Bahasa deskriptif ini digunakan untuk mengaktifkan panca indera manusia dalam diri seorang pembaca: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan sentuhan. Sebuah kalimat yang dapat memberikan rasa sentuhan kepada pembaca mungkin adalah, “Dalam hitungan detik, pakaiannya telah ditempelkan ke kulitnya yang lembab.” “Indera” dan keadaan emosional lainnya yang kurang konvensional juga dapat ditargetkan dengan teknik penulisan ini. Istilah citra kinestetik telah digunakan secara luas untuk memasukkan deskripsi yang membangkitkan gerakan, ruang, suhu dan indra fisik lainnya. Citra organik adalah istilah umum lainnya yang diterapkan pada sensasi keberadaan, seperti kelelahan, mual, dan kelaparan.

Ada banyak tujuan penggunaan citraan selain untuk menimbulkan reaksi fisik pada pembaca. Jika pembaca juga memiliki pengalaman pribadi masa lalu dengan deskripsi, mungkin juga mengingat emosi yang terkait dengannya. Deskripsi yang efektif membangun lingkungan atau keadaan, pengaturan atau suasana hati. Penulis yang pandai atau mereka yang memiliki keterampilan luar biasa dalam teknik ini dapat menanamkan kedalaman dan lapisan makna tambahan pada deskripsi yang bahkan mungkin berada di luar kesadaran pembaca.

Puisi adalah genre sastra yang sangat bergantung pada citra. Dengan kata-kata minimal, penyair harus membuat hubungan emosional dengan pembaca. Sering dikatakan bahwa aroma dapat memicu ingatan masa lalu dan konteks emosionalnya. Seorang penyair yang baik mungkin mampu menggambarkan suatu bau dengan begitu meyakinkan sehingga otak pembaca tertipu untuk berpikir bahwa bau itu nyata, memunculkan emosi dasar yang mendalam. Baik untuk puisi atau prosa, penggunaan teknik sastra ini secara efektif membutuhkan pengamatan yang cermat terhadap alam dan perilaku manusia.

Terkait erat dengan citra adalah ekspresi figuratif. Mereka termasuk perumpamaan, metafora, kiasan, personifikasi dan banyak lagi. Sebuah perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata “seperti” atau “sebagai” untuk membangun analogi antara dua ide atau hal yang berbeda karena memiliki satu karakteristik atau dimensi yang sama. “Senyum licik saudaraku seperti hiu lapar,” adalah contohnya. Metafora lebih langsung dan biasanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan yang terbuka. “Senyumnya adalah umpan menggoda dengan tripwires yang tak terlihat.”

Pencitraan umumnya merupakan deskripsi literal. Ekspresi figuratif, sebagai suatu peraturan, tidak pernah literal. Salah satu cara untuk menerapkan teknik yang disebut personifikasi adalah dengan menganugerahi objek dengan ciri-ciri manusia, seperti dalam, “Museum berbicara tentang peristiwa dan perkembangan zaman kuno.” Sebuah kiasan juga merupakan teknik sastra yang efektif, tetapi sering kali mengandaikan pengetahuan kolektif di pihak pembaca. Perbandingan deskriptif, “Kelas kelas tiga saya adalah gerombolan Mongol di museum,” hanya efektif jika pembaca memiliki gagasan yang menggugah tentang bagaimana gerombolan Mongol akan terlihat dan bertindak.