Apa itu Citra Abstrak?

Dalam sastra, citraan abstrak adalah bahasa yang menggambarkan sensasi atau pengalaman yang tidak memiliki paralel fisik, seperti ide, konsep, atau emosi. Ini berbeda dari citra konkret, yang menggambarkan objek fisik dan sensasi seperti warna, suara, dan bentuk. Ini berbeda dari seni visual abstrak, meskipun seni abstrak dan citra abstrak dalam sastra memiliki motivasi yang sama: untuk mengekspresikan sesuatu yang tidak dapat dirasakan dengan cara visual atau sensorik. Sementara kebanyakan orang akan menafsirkan kata konkret “kuning” secara umum dengan cara yang sama, misalnya, setiap orang akan bereaksi dengan cara yang berbeda terhadap kata “tidak wajar”. Tantangan bagi seniman atau penulis adalah untuk menyampaikan ide abstrak dengan cara yang akan menyampaikan efek yang diinginkan untuk sebagian besar atau semua penonton.

Bahasa adalah cara untuk berbagi pengalaman dan ide, menjembatani kesenjangan antara individu yang memiliki pandangan dan latar belakang yang berbeda. Hal-hal dari dunia fisik relatif sederhana untuk diungkapkan; kebanyakan orang dapat memvisualisasikan konsep seperti “piramida”, “wanita”, dan “buaya” dengan sedikit usaha. Konsep abstrak, bagaimanapun, lebih sulit. Konsep “mengesankan”, “cantik”, dan “menakutkan”, misalnya, adalah penilaian subjektif yang akan ditafsirkan berbeda oleh setiap orang. Seorang penulis yang mencoba menyampaikan konsep-konsep ini mungkin perlu memilih kata-kata yang berbeda atau tambahan untuk menciptakan efek yang diinginkan.

Pencitraan abstrak mencoba untuk menggambarkan pengalaman manusia yang sangat luas yang tidak terbatas pada dunia fisik. Ini dapat mencakup konsep-konsep seperti “tak terhingga” dan “nol”, ide-ide bersama seperti “kebebasan” dan “akal”, dan pengalaman seperti “kematian” dan “kegembiraan.” Meskipun merupakan konsep universal, tidak ada gambaran atau sensasi yang diakui secara universal untuk menggambarkannya. Penulis informasi, seperti jurnalis dan ilmuwan, harus menggunakan bahasa yang tepat untuk menggambarkan konsep abstrak secara akurat. Penulis persuasif, seperti novelis, memiliki tantangan yang berbeda: untuk menyampaikan pengalaman abstrak dan emosi karakter mereka sehingga pembaca dapat memahami dan bahkan bersimpati dengan mereka.

Kata “abstrak” sering digunakan untuk menggambarkan gerakan seni rupa abad ke-20, seperti ekspresionisme abstrak. Pelukis dan seniman lain membuang teknik representasional, menciptakan gambar yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Bisa dikatakan motivasi mereka adalah untuk mengungkapkan konsep dan pengalaman yang tidak memiliki paralel visual, mirip dengan penggunaan citra abstrak dalam karya sastra. Bahasa tertulis memiliki keunggulan dibandingkan seni visual dalam kasus-kasus ini; seorang penulis yang ingin mengungkapkan kesedihan dapat menggunakan kata-kata seperti “melankolis”, “kesedihan”, atau “depresi”, memodifikasinya dengan kata sifat dan istilah deskriptif lainnya. Seorang pelukis yang ingin mengekspresikan kesedihan sebagai sebuah konsep tidak memiliki teknik yang dapat diandalkan untuk mundur.

Ini bukan untuk mengatakan bahwa citra abstrak dalam seni visual selalu acak. Pelopor seni abstrak seperti Wassily Kandinsky mengeksplorasi gagasan bahwa beberapa warna, bentuk, dan garis mungkin menyampaikan konsep yang tidak memiliki citra fisik yang sesuai. Garis bergerigi, misalnya, dapat menggambarkan ketidakteraturan atau kekacauan dengan menunjukkan pecahan kaca, bahkan jika penonton secara sadar tidak menyadari hubungannya. Selama era yang sama, seniman komik awal mulai menggunakan bentuk citra abstrak mereka sendiri di halaman. Kata balon, misalnya, telah menjadi simbol yang dikenal luas untuk konsep bicara non-visual, bahkan di luar bidang komik.